sixty nine ; next to you.

88 13 30
                                    

"APAKAH dia masih single?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Dean nyaris tersedak salivanya sendiri. Ia mendelik mendengar pertanyaan dari si pelaku yang bahkan hanya memasang ekspresi tak berdosa.

"Untuk apa kau tanyakan itu?"

Irene terdiam untuk beberapa saat, "Maaf, aku tidak bermaksud untuk melewati batasan. Aku hanya ingin tahu sedikit mengenai kehidupan bosku. Itu saja," hardiknya yang menghadirkan seribu pertanyaan di kepala Dean.

"Kau tertarik padanya?" selidik Dean yang membuat Irene tergagap.

Bukan sesuatu yang asing bagi Dean mendapati wanita yang datang padanya hanya untuk membahas soal Ma Jiaqi. Bos tampannya itu selalu memikat hati seorang perempuan. Kadang Dean heran, pelet jenis apa yang pria itu gunakan sampai ia bisa memikat wanita hanya melalui tatapan.

"Bu—Bukan, kau berbicara apa sih?!" tepisnya dengan mata yang sengaja ia alihkan dari tatapan penuh selidik milik Dean.

"Aku masih memiliki kekasih, aku tidak mungkin tertarik padanya," imbuhnya sembari menata beberapa majalah yang sedikit berantakan.

"Baguslah, lagipula tuan Jiaqi sudah memiliki istri. Jadi kau tidak boleh menyukainya!" tekan Dean yang membuat Irene nyaris memekik.

"Istri?"

Dean mengangguk, "Ingat Irene, tugasmu disini hanyalah bekerja bukan mengurusi kehidupan pribadi tuan Jiaqi. Dan jangan sekali-kali melakukan hal ceroboh karena tuan Jiaqi bukan seperti bos pada umumnya, dia bisa saja menjadi sosok yang berbahaya jika menurutnya ada yang tidak beres."

Irene hanya mampu mengangguk lesu sembari kalut terhadap pikirannya sendiri. Air mukanya mengatakan seolah ia tak yakin dengan ucapannya sendiri.

"Dan satu hal yang perlu kau pahami sebelum melangkah lebih jauh, terkadang tugas kita bukan hanya sebagai personal asisstant, namun bila perlu kita juga akan menjadi detective."

"Jadi belajarlah dengan rajin," imbuhnya seraya berlalu dari tempat itu.

Sementara itu ditempat lain, Jiaqi mulai memasuki rumahnya sembari melepas jas dan dasinya kemudian melemparnya asal. Matanya bergerak kesana kemari untuk mencari keberadaan sang istri.

"Allys."

Suara benda jatuh membuat Jiaqi melangkah terburu-buru menghampiri asal sumber suara tersebut.

"Allys, kau tak apa?"

Kedua mata Allycia membulat sempurna menyadari kepulangan sang suami, apalagi dalam kondisi yang—Astaga, harusnya Jiaqi tidak pulang secepat ini!

"Kenapa kau sudah pulang? Bukannya sore?"

Jiaqi mengernyit, "Memangnya kenapa? Aku kurang enak badan, jadi aku pulang lebih awal. Bukannya kau juga bicara demikian?"

Allycia sontak mengalihkan tatapannya, "Aku belum selesai! Gagal sudah rencanaku."

Jiaqi mengedarkan pandangannya, mengeksplor ke seluruh penjuru dapur yang tampak berantakan. Sedetik kemudian ia terkekeh, ternyata istrinya tengah sibuk membuat kue ulang tahunnya.

"Kau membuat kue ulang tahun?"

Allycia mengangguk lesu, "Tapi semuanya gagal. Kau sudah pulang dan sudah tahu!"

Jiaqi menggulung lengan kemeja putihnya, "Akan kubantu membuat kuenya."

Allycia sontak menggeleng, "Tidak, kau sedang sakit, hubby. Kau harus banyak istirahat."

"Aku sudah sembuh, mari kubantu."

Jiaqi mulai mencampurkan beberapa butir telur dengan campuran-campuran lainnya. Pria itu tampak telaten meski ia belum pernah membuat kue dalam seumur hidupnya. Saking fokusnya membuat Allycia memunculkan sebuah ide jail untuk mengerjai suami tampannya itu.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang