seventy ; don't ignore me!

90 13 22
                                    

Dean sontak meminta sopir mereka untuk menghentikan mobil mereka di tepi jalan. Sesudah itu, Dean segera keluar dan membuka jok bagian belakang untuk memindahkan tubuh Irene menjauh dari Jiaqi. Jiaqi yang membatupun rasanya masih shock mendapati ada wanita lain bersandar dibahunya tanpa permisi.

"Kau saja yang duduk sini, aku yang duduk depan." Jiaqi segera keluar dan berpindah untuk duduk di depan. Sementara Dean menggantikan posisinya yaitu duduk disamping Irene.

Sama halnya seperti Jiaqi, Dean juga merasa bahunya memberat. Tapi ia tak bisa menolak, Dean adalah laki-laki yang dibesarkan dengan penuh cinta oleh ibunya. Hal itu membuat Dean sangat menghargai wanita, apalagi wanita itu sedang terlelap setelah seharian penuh bekerja.

"Sir, sepertinya kita harus berhenti sebentar di rest area," ujar si sopir dan diangguki oleh Jiaqi.

"Iya, tentu saja. Aku akan mentraktir kalian semua."

Dean tersenyum senang, "Akhirnya, terimakasih, sir."

Jiaqi hanya berdeham, bukan tanpa sengaja ia mengizinkan mereka berhenti sejenak. Selain untuk merehatkan badan, ia juga butuh mengisi daya ponsel Dean guna menghubungi Allycia. Mengenai ponselnya yang rusak, itu bisa ia urus nanti.

Dan sampailah mereka di sebuah rest area. Dean dan Jiaqi tak langsung keluar dari sana, hanya sopir saja yang keluar. Entahlah ada perlu apa sampai membuat pria itu terburu-buru keluar dari mobilnya. Sementara itu Jiaqi menertawakan Dean yang duduk dengan muka tertekuk.

"Bagaimana rasanya disandari oleh seorang wanita, Dean?"

Dean menoleh menatap atasannya itu, "Biasa saja, sir."

"Jelas saja, kau 'kan belum punya istri. Untuk apa kau khawatir disandari seperti itu."

Dean mengangguk, "Jika saja Allycia tahu anda disandari seperti tadi pasti ia akan meledak dan menampar wajah tampan anda. Benar begitu, sir?"

Air muka Jiaqi sontak berubah masam, "Allycia bukan wanita sekejam itu. Mungkin ia akan mendiamiku sampai aku mati berdiri."

"Itu jauh lebih menyiksa ketimbang di diamkan."

Dua pria itu masih saja mengobrol tanpa memerdulikan satu orang lagi yang cukup lama meninggalkan mobil.

Ditempat lain, seorang pria tengah sibuk mengoperasikan ponselnya dengan mengirimkan sesuatu dari chips yang sempat ia pasang di mobil tadi. Jantungnya berpacu cukup kencang karena ini adalah pertama kalinya ia bekerja sebagai penjahat untuk orang lain, dan yang lebih mendebarkan ialah ia terpaksa harus mengkhianati bos sebaik Jiaqi.

Chips yang menyimpan sebuah foto dari tangkapan kamera tersembunyi itu akhirnya dapat bekerja dengan baik. Pria itu buru-buru memasukkan kembali benda kecil itu ke dalam saku celananya. Dalam hati ia merapal doa, semoga setelah kejadian ini ia akan aman bersembunyi dibalik seseorang yang telah menyuruhkan melakukan tindakan kriminal ini. Jika saja bukan tentang uang, ia tak akan sudi mengkhianati dan membahayakan posisinya mengingat bosnya bukan orang biasa melainkan Ma Jiaqi.

-  -  -

Malam semakin larut namun wanita itu masih saja terjaga mengabaikan rasa kantuk yang kian menghujam dirinya. Meski berkali-kali ia harus mual karena tak ingin tidur lebih cepat, ia tetap teguh pada prinsipnya untuk menungguh suaminya hingga pulang.

Namun, disela-sela kegiatannya membaca sebuah majalah sebuah pesan dari kontak tak dikenal muncul di pop-up layar ponselnya. Allycia segera meraih benda pipih itu dan membuka isi pesannya. Barangkali pesan itu dari nomor yang Jiaqi pakai untuk menghubunginya.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang