forty three ; scandal

111 26 49
                                    

TOK... tok... tok....

Sebuah pintu diketuk dengan tak sabaran mengingat waktu yang diperkirakan terlihat amat sangat singkat. Pria dengan balutan kaos hitam itu terus-terusan mengetuk pintunya berharap wanita yang ada di dalamnya segera keluar.

Oh, haruskah ia masuk tanpa mengetuk seperti semalam?

Baru ingin memutar kenop pintu, seorang wanita tampak keluar dari kamarnya mengenakan sebuah bathrobe. Dari sini tentu kita tahu bahwa wanita itu baru saja selesai mandi. Dan dengan berdosanya pria itu memiliki niat untuk masuk tanpa mengetuk!

"Ada apa, Jiaqi?"

"Allys, maaf sudah menganggumu. Aku ingin kau segera bersiap dan ikut denganku."

"Untuk apa?"

"Nanti kau akan tahu sendiri, jadi tolong persiapkan dirimu. Aku tunggu sepuluh menit, tidak usah make up, pakai pakaian yang ada saja jangan banyak pilih!"

Allycia terdiam sebentar, mengamati dari gerak-geriknya sudah jelas bahwa pria itu sedang terburu-buru. Memang apa pentingnya mengajak dirinya untuk ikut? Bahkan ia bisa pergi sendiri jika perlu.

"Jangan banyak melamun, cepat lakukan apa yang aku katakan!" Kini Jiaqi menaikkan nada bicaranya sedikit.

Tubuh Allycia sedikit berjengit, wanita itu segera masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa menutup pintunya. Disana ia melakukan apa yang diucapkan oleh Jiaqi. Berpakaian seadanya dan tak usah make up. Ya meskipun Allycia jarang mengenakan make up, sebagai perempuan tentu ia akan merasa kurang percaya diri tanpa mengenakan make up. Tapi persetan, yang harus ia lakukan adalah menuruti kemauan pria itu, jika tidak Jiaqi akan tambah marah padanya. Dan ia tak ingin itu terjadi!

Dimasa-masa terakhir seperti ini, ia harus menjaga hubungannya dengan Jiaqi, bukan?

Kini Allycia menatap dirinya dari pantulan cermin. Ia menelusuri wajahnya dan terdapat raut sedih disana. Ah, entahlah! Jujur saja ia benci terlihat menyedihkan. Allycia sudah berusaha sekuat tenaga untuk tak kenapa-napa ketika Jiaqi menikah nanti. Apalagi hari ini Bianka akan mengadakan pesta, yang jelas Jiaqi akan ada disana dan mereka bersenang-senang.

Rasa insecure mulai menyelimuti dirinya. Ia sadar bahwa ia tak berprestasi seperti Bianka, ia bukan model, ia hanyalah gadis sederhana yang tak pernah aneh-aneh seperti orang pada umumnya. Allycia hanyalah gadis kuper (kurang pergaulan) yang tiba-tiba saja mendapat lapangan kerja di China, dan beruntungnya dia dipertemukan oleh Ma Jiaqi.

"Allycia? Apa kau bisa cepat sedikit? Kita tak punya banyak waktu."

Allycia tergagap, "Ah, iya, sebentar lagi aku keluar."

Allycia segera merapikan dirinya dan berjalan keluar menghampiri Jiaqi yang menunggunya di depan pintu kamar.

"Maaf aku lama," sesalnya.

Jiaqi mengamati penampilan Allycia dari bawah hingga atas. Menyelusuri kaki jenjang milik Allycia, terus keatas dan berhenti tepat di kedua mata wanita itu.

"Kalau penampilanmu seperti ini, aku terlihat seperti pamanmu," kekeh Jiaqi.

Bagaimana tidak, saat ini Allycia mengenakan hoodie over size dan celana joger yang kebesaran. Meski wanita itu dapat dibilang cukup tinggi, ia terlihat sangat mungil ketika memakai pakaian anak remaja.

"Paman?" Allycia meneliti pakaiannya, apakah ada yang salah?

"Sudah, ayo! Kita tak punya banyak waktu." Jiaqi menautkan jemarinya dengan jemari Allycia. Keduanya berjalan beriringan menyusuri lorong demi lorong dan terhenti disebuah lift.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang