"SELAMAT pagi, Allys."
Kedua tangan kekar itu tiba-tiba melingkar indah diperut Allycia membuat empunya berjengit lantaran kaget. Allycia yang sejak tadi sibuk memanggang roti terpaksa harus terjeda akibat kelakuan Jiaqi yang suka mengusiknya.
Dari penampilan Jiaqi yang sangat rapi, Allycia sudah dapat menebak bahwa pria itu akan pergi ke kantor pagi ini. Sedikit tersemat rasa tak senang mendapati fakta tersebut.
"Hari ini kau mau bekerja lagi? Kau tak lelah?" ujarnya berbasa-basi.
Jiaqi mengangguk sembari menghirup aroma vanilla dari tengkuk istrinya.
"Tentu saja, aku tak mungkin melepas Irene sendirian, 'kan?"
Jiaqi melepaskan pelukannya dan berdiri disisi Allycia sembari menatap paras manis istrinya itu dari samping.
"Tapi aku janji, hari ini aku akan pulang cepat dan menemani kalian berdua."
Kegiatan Allycia terpaksa harus terhenti sejenak, ia mengembuskan napas jengah. Lagi-lagi prianya itu disibukkan oleh pekerjaan, apakah ia tak memiliki sedikit waktu untuknya? Lima bulan adalah waktu yang sangat lama untuknya, ia rindu menghabiskan waktu dengan Jiaqi sambil melakukan banyak hal yang bisa mereka lakukan. Tapi kenapa laki-laki itu justru lebih memilih pekerjaan terlebih Irene yang sudah menjalani masa training selama lima bulan.
Kini Jiaqi sudah berada di depan kulkas, menuangkan susu ke dalam gelas dan diteguknya hingga tandas.
"Hari ini aku ada makan siang dengan klien, aku tak mungkin tak ikut karena ini menyangkut relasi diantara kami."
Allycia masih memilih bungkam, namun telinganya masih bisa menerima baik ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Jiaqi.
"Dan hari ini aku juga ada acara diluar kantor, jadi aku sangat tidak mungkin untuk libur hari ini. Maafkan aku, sayang."
Allycia mangut-mangut berusaha memahami kondisi Jiaqi yang memang sedang sibuk, ia juga tak seharusnya egois, bukan?
Lamunan Allycia buyar ketika ponsel Jiaqi berdering cukup kencang, dan yang membuat suasana hati Allycia meredup ialah...
"Irene menelponku."
Allycia sontak menoleh menangkap sosok Ma Jiaqi yang sedang menjauh untuk mengangkat telepon dari wanita itu. Bagai dihantam gada tembaga, tubuh Allycia bergetar hebat dan darahnya mendidih menahan emosi.
Kedua tangan wanita itu mengepal kuat dan didetik selanjutnya ia memalingkan wajahnya, ia tak ingin melihat sosok Jiaqi yang tampak sibuk dan serius menanggapi telepon itu. Entahlah, rasanya begitu menyedihkan berada diposisinya.
"Allys, aku harus pergi sekarang. Irene membutuhkanku."
"Lalu bagaimana denganku yang sangat sangat sangat membutuhkanmu, Ma Jiaqi?"
"Ya, hati-hati dijalan."
Singkat, padat, dan jelas. Hanya itu saja yang terlontar dari bibir mungil Allycia. Ia tak ingin banyak berbasa-basi, suasana hatinya benar-benar memburuk membuatnya tak ingin melakukan hal lain yang dapat menyita energinya.
Bukan hanya itu yang membuat perasaan Allycia hancur, namun tentang cara Jiaqi yang tak tahu menahu tentang kondisinya. Pria itu pergi begitu saja tanpa memeluknya atau menciumnya terlebih dahulu.
Semenjak kedatangan wanita itu, sikap Jiaqi berbeda. Jiaqi menjadi sosok yang paling sibuk dan tak pernah ada waktu untuk dirinya dan juga Aiela. Jiaqi juga sering pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis, membuat keduanya kian merenggang dan membosankan.
"Papa mau kemana? Aiela ikut!"
Suara itu membuat Allycia sontak menoleh kearah sumber suara tersebut. Ia benar-benar dibuat kaget dengan penampilan Aiela yang sudah rapi seolah ia sudah bersiap-siap untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...