fifty five ; can we talk about that?

111 16 47
                                    

SETELAH kepergian Jiaqi dari apartemennya, Jiacheng berinisiatif untuk mendatangi kamar ibunya yang pintunya tak tertutup rapat.

"Ma, apa mama sudah tidur?" tanya Jiacheng dengan suara lirih, takut jika ibunya sudah tertidur dan suaranya mengganggu.

"Belum."

Jiacheng menghela napas, kemudian laki-laki itu melangkah menghampiri nyonya Ma yang sedang berbaring membelakanginya.

"Ada apa?" tanya Jiacheng setelah mendudukkan dirinya disisi ranjang. Tangan kekarnya mengusap lengan sang ibu yang sepertinya sedang bersedih.

Kemudian nyonya Ma mengubah posisinya menjadi terduduk, "Adikmu sekarang berubah."

"Berubah?" Jiacheng mengernyit.

"Dia sekarang berubah. Dia berani melawanku hanya gara-gara perempuan itu," adunya sambil memeluk lutut.

Melihat ibunya dengan suara parau seperti itu membuat dada Jiacheng sakit. Sakit karena ibunya juga sakit.

"Ma, boleh aku bicara?"

Nyonya Ma mengangguk. Jiacheng mengambil posisi untuk berbicara.

"Mama tahu kan kalau Jiaqi sekarang sudah dewasa? Dia juga pernah menikah tapi sayang istrinya sudah meninggal. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam diri Jiaqi, yang jelas kita tidak bisa mengetahui Jiaqi hanya dengan melihat keadaannya secara fisik saja."

"Apa maksudmu?"

"Jiaqi tidak bahagia atas hidupnya selama ini, ma. Dia menjadi pribadi yang super sibuk untuk meluapkan segala emosinya yang terpendam. Setelah Jiaqi bertemu dengan Allycia, mama sendiri juga tahu 'kan perubahannya?"

Nyonya Ma terdiam, larut di dalam pikirannya sendiri.

"Sekarang buang jauh-jauh pemikiran negatif yang ada di pikiran mama. Mama sayang Jiaqi 'kan? Biarkan dia hidup bahagia dengan pilihannya sendiri. Pernikahan pertamanya sudah hancur karena sebuah kecerobohan, apakah sekarang mama ingin melihat Jiaqi hancur untuk yang kedua kalinya?"

Jiacheng menyentuh kedua bahu ibunya, "Aku tidak menyudutkan mama, aku hanya ingin mama merenungkan kembali mengenai hal ini. Sebelum semuanya fatal, tolong mama buka hati dan pikiran, ya?" Jiacheng mengecup kening mamanya lama menyalurkan segala kasih sayang seorang anak kepada ibunya.

"Jiacheng, tapi bagaimana jika Allycia punya niat jahat?"

Jiacheng menyudahi kegiatannya, ditatapnya ibunya itu, "Aku masih ingat waktu aku dan Jiaqi masih kecil, mama pernah membacakan dongeng tentang hubungan erat antara bahasa alam dengan cinta. Apa mama masih ingat?"

Seorang wanita yang duduk ditengah-tengah antara putra kembarnya itu mulai membalikkan halaman baru yang memuat sebuah cerita tentang hubungan sebuah cinta dengan bahasa alam.

"Sayang, apa kalian pernah mendengar hubungan antara cinta dengan bahasa alam?"

Bocah laki-laki yang tubuhnya sedikit berisi itu menggeleng, "Tidak."

"Aku juga," balas adiknya.

Wanita itu terkekeh kemudian mengecup kening kedua putranya secara bergantian, "Biar mama ceritakan."

"Kalian tahu cinta sejati?"

"Cinta sejati? Seperti cinta mama kepadaku dan gege?" tebak bocah laki-laki bernama Ma Jiaqi itu dan diangguki oleh ibunya.

"Benar sekali, seratus untuk Xiao Gou."

"Yeay!"

"Cinta sejati itu cinta yang benar-benar tulus, tanpa pamrih dan tentunya akan terus berusaha untuk saling melengkapi. Apapun masalahnya pasti cinta akan menyatukan mereka kembali untuk saling menyayangi."

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang