"MAMA... kenapa selama ini aku merasa, kalau aku tidak pernah mengalami masa kecil?" tanya gadis berusia sebelas tahun itu kepada ibunya.
Sementara itu, seorang wanita yang disebut sebagai 'mama' itu menoleh menatap putri sulungnya yang berdiri tegak tepat disampingnya.
"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu? Tentu semua orang memiliki masa kecil."
Gadis itu menengadah menatap ibunya, "Kecuali aku. Aku tidak pernah tahu bagaimana masa kecilku, saat aku membuka mata di kasur rumah sakit aku tidak mengingat apapun, termasuk namaku sendiri."
"Sudah mama katakan, kamu terjatuh dan membuat kepala kecilmu ini bocor. Sudahlah, suatu hari nanti pasti kamu mengingatnya, seperti namamu. Dulu kamu tidak mengingatnya, bukan? Tapi sekarang kamu mengingatnya dengan sangat baik."
Gadis itu menyentuh perban yang melilit dikepalanya, "Apa ini akan lama? Aku ingin segera sembuh."
"Lukamu belum mengering, jadi sabarlah."
Allycia menyentuh kepalanya bagian sisi kanan dengan gerakan perlahan, sesekali ia memekik sakit ketika tanpa sengaja jemarinya itu menekannya sedikit kuat.
"Bahkan sampai sekarangpun aku tidak bisa mengingat masa kecilku seperti apa," monolognya sambil menatap rerumputan hijau dibawah kakinya.
"Mama, bisakah kita tidak usah naik bus? Aku takut."
"Takut kenapa?"
"Takut karena bentuknya yang terlalu besar, aku khawatir kalau bus itu menabrak orang dan orang itu meninggal."
"Hust! Jaga ucapanmu, Allycia! Ucapan itu adalah doa!"
Allycia menatap kosong objek yang ada di depannya, "Aku juga tidak mengerti, kenapa aku takut sekali terhadap bus."
Allycia menghembuskan napasnya kasar, hingga akhirnya ia bangkit berdiri dan masuk ke dalam rumah. Sejenak ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam, yang mana Aiela maupun Jiaqi pasti sudah tertidur di kamarnya. Entahlah, malam ini dirinya benar-benar sulit tidur.
Allycia menoleh begitu ia mendengar suara dehaman seseorang secara samar-samar, apakah itu Jiaqi? Kalau iya, kenapa pria itu belum tidur di jam segini?
Lantas Allycia melangkah menghampiri ruang kerja Jiaqi yang berada di lantai satu. Sedikit demi sedikit ia membuka daun pintunya dan melihat kondisi di dalam sana.
"Jiaqi," beonya begitu ia mendapati Jiaqi yang masih berkutat dengan dokumen-dokumennya.
Jiaqi tidak menoleh, "Masuklah," suruh Jiaqi sambil menandatangani dokumennya.
Sontak Allycia membuka pintunya sedikit lebih lebar dan memasuki ruangan tersebut. Dan tak lupa menutup ruangan itu kembali.
"Kenapa jam segini belum tidur? Kamu tahu 'kan kalau begadang itu kurang baik untuk seorang wanita?" omel Jiaqi sambil menutup dokumennya. Allycia mengatupkan bibirnya sambil menjatuhkan tubuhnya pada kursi yang terletak di hadapan Jiaqi —namun meja menjadi sekat diantara keduanya—
"Aku tidak bisa tidur," jawab Allycia seadanya.
"Setelah melihat foto-foto masa kecilku, aku jadi ingin tahu mengenai masa kecilku. Bagaimana ketika aku masih taman kanak-kanak, dan bagaimana ketika aku masih sekolah dasar kelas satu. Apa aku menangis saat memperkenalkan diri di depan kelas?"
Jiaqi hanya berdeham dan melanjutkan kegiatannya.
"Aku juga tidak tahu, kenapa aku sangat takut ketika melihat bus. Apakah semua ini ada sangkut pautnya dengan bus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...
