thirty two ; the wound i love

97 23 37
                                    

"DIMANA adikmu itu, Jiacheng?" tanya nyonya Ma sambil meletakkan sendok diatas piringnya.

Jiacheng mengedikkan bahunya, "Entahlah, sejak tadi dia tidak keluar dari kamarnya. Mungkin dia sedang lelah."

Nyonya Ma menghela napas berat, "Entah kenapa, mama merasa Jiaqi sedang ada masalah. Dan bodohnya anak itu tidak pernah terbuka kepadaku, padahal aku ini ibunya!"

"Tidak semua hal bisa diceritakan kepada orang lain, ma. Entah itu kepada keluarga, teman atau siapapun. Jadi mama jangan menyalahkan Jiaqi, seperti tidak tahu saja karakter anak sialan itu," sahut Jiacheng sambil melahap makan malamnya.

"Belakangan ini mama juga tak melihat kedatangan Allycia. Apa mereka ada masalah?"

Jiacheng tersenyum tengil, "Itu lebih bagus, karena aku bisa selangkah lebih maju untuk memiliki Allycia."

"Dasar anak kurang ajar!" Nyonya Ma menjitak kening putranya hingga membuatnya mengaduh. Bibir tipis Jiacheng bergerak komat-kamit menghujat sikap mamanya yang sangat enteng untuk menyakitinya, dipikir jitakan itu tidak sakit apa?

Percakapan terhenti ketika tuan Ma datang sambil menarik kursi dan menempatinya, "Maaf aku terlambat, kalian lanjutkan saja makan malam dan ngobrolnya."

Mereka hanya mengangguk sebagai jawaban. Nyonya Ma menatap suaminya dalam, ia ingin mengutarakan semua isi hatinya mengenai Jiaqi. Mau bagaimanapun keberadaan mereka harus ada gunanya, bukan? Sebagai orang tua, tentu mereka tidak ingin putranya terlilit sebuah masalah dan dipendam sendirian.

"Ini tentang Jiaqi—"

"Tuan." Atensi mereka sontak teralihkan pada seorang pria berpakaian formal yang tengah melangkah menghampiri mereka.

Pria formal itu membungkuk sopan, kemudian menatap tuannya itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, namun tuan Ma paham bahwa pria itu datang bukan tanpa sebab, melainkan membawa sebuah berita yang ia nanti-nanti.

"Bagaimana?" tanya tuan Ma sambil bangkit dari tempatnya.

"Kami sudah menemukan dimana dia tinggal. Kita harus gerak cepat sebelum dia melarikan diri lagi, tuan."

Tuan Ma mengangguk, "Kau benar, cepat gerakkan orang-orang kita untuk menangkap si penjahat itu!"

Pria itu mengangguk, "Siap tuan."

"Kalau boleh tahu, dia tinggal dimana?"

"Dia tinggal di apartemen ××××××."

"Apartemen ××××××?" sela seseorang yang baru saja muncul.

"Ma Jiaqi? Akhirnya kau keluar dari kamarmu, nak. Apa kamu baik-baik saja?" Nyonya Ma menghampiri putranya yang berpenampilan acak-acakan itu. Baju lengan panjang yang digulung hingga siku, sweet pants serta rambutnya yang kacau.

Bukannya menjawab, Jiaqi malah mengabaikan perhatian ibunya dan memilih mendekati si pria formal itu.

"Kau bilang, si penjahat itu tinggal di apartemen ××××××?" tanya Jiaqi mengulang. Pria itu mengangguk, "Benar, tuan."

Tuan Ma menatap Jiaqi, "Kamu mengenalnya?"

Jiaqi menatap balik papanya, "Bahkan aku tidak tahu siapa orang yang papa maksud. Dia tinggal di apartemen yang sama dengan Allycia."

Jiacheng membulatkan matanya, "Apa? Itu artinya kamu sering kesana, benar?"

"Iya."

"Sebaiknya kamu jangan kesana lagi. Bisa saja dia menjadikanmu sebagai alat untuk mengancam kami," tutur Jiacheng sambil bangkit dari duduknya.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang