"GOOD morning, Allys." Jiaqi meletakkan nampan berisi sandwich dan segelas susu diatas nakas. Setelah itu ia mendudukkan diri di bibir ranjang.
"Are you okay?" Jiaqi menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Allycia.
"Aku baik-baik saja," jawabnya sambil mendudukkan diri dan menyandarkan punggungnya pada headboard. Allycia mengusap matanya, sesekali memijat pelipisnya yang terasa sakit.
"Kepalamu sakit?" Jiaqi menyentuh kepala Allycia dan sesekali dipijat secara perlahan.
Allycia mengangguk sambil memejamkan matanya merasakan setiap pijatan-pijatan kecil yang menjalar ke ke seluruh tubuhnya. Jiaqi sangat bakat menjadi tukang pijat, begitu pikir Allycia.
"Biasanya dengan keramas bisa mengatasi sakit kepala." Jiaqi menarik tangannya dari kepala Allycia.
Allycia membuka matanya yang sempat terpejam, "Sampoku habis, aku lupa membelinya. Waktu itu aku sudah membeli tapi tertinggal disana." Allycia berdecak sebal. Sejenak ia memperhatikan isi dari ruangan yang saat ini ia tempati. Tunggu, ini bukan dirumah, melainkan....
"Kita sedang berada di kantor, dan ini kamar pribadiku," jelas Jiaqi yang seolah dapat membaca isi dari pikiran Allycia. Allycia terperanjat, "Ke... kenapa kamu membawaku kemari?"
Jiaqi bangkit berdiri, mengambil handuk, bathrobe serta peralatan mandi yang ada di dalam lemarinya, "Aku tidak ingin membuat orang rumah menyalahkanku atas tindakanmu yang ceroboh itu, Allys!" Jiaqi meletakkan barang-barang yang ia ambil tadi diatas kasur.
Allycia berdecak sebal, "Tapi itu semua memang salahmu! Andai saja kamu tidak meninggalkan aku terlalu lama, pasti aku tidak akan duduk di kursi bartender!"
"Ya bagaimana lagi, aku sedang asik melepas rindu dengan teman-temanku! Kami sudah lama tidak bertemu." Jiaqi masih berusaha membela diri.
Allycia tak mau kalah, "Rindu? Harusnya kamu mengajakku! Kamu 'kan tahu sendiri aku tidak pernah berada ditempat seperti itu. Huft menyebalkan!" Allycia bangkit dari duduknya, memungut peralatan mandi yang berada diatas kasur.
"Pakaianku?" tanyanya pada Jiaqi yang masih berdiri dengan diamnya.
Jiaqi menepuk keningnya, "Oh iya, aku sampai lupa. Disini tidak ada pakaian perempuan."
"Jadi? Aku harus memakai bathrobe sampai rumah?!"
Jiaqi berdecak, "Yasudah, cepat mandi sana, pakaianmu biar aku yang urus."
Allycia menggeleng, "Kamu tidak tahu apa-apa tentang perempuan, Jiaqi! Minggir biar aku saja yang urus!"
Jiaqi tertawa remeh, "Apa katamu? Kamu lupa kalau aku pernah memiliki istri?"
Sejenak Allycia menghentikan kegiatannya, mengabaikan gelak tawa Jiaqi yang terdengar meremehkannya.
"Aku tahu, Allys. Jadi jangan meragukanku."
Allycia menoleh menatap Jiaqi dengan tatapan yang sulit diartikan, "Yasudah, aku mandi dulu," lirihnya.
Allycia melangkah cepat menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar. Jiaqi hanya mengangguk sebagai jawaban sekaligus merasa senang karena memenangkan perdebatannya dengan Allycia pagi hari ini.
- - -
Allycia meletakkan nampan yang berisi sarapan itu diatas pangkuannya. Sambil menatap pemandangan kota dipagi hari ia menikmati sarapan yang sudah disediakan oleh Jiaqi, lezat juga masakan pria itu. Allycia sangat menyukai pemandangan kota seperti ini, gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, jalan raya yang dipadati dengan mobil, serta pantai yang berada nan jauh disana namun masih terlihat dari posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...