fifty four ; big choices

115 17 41
                                    

"WILL you marry me, Allys?"

Allycia terperangah, tubuhnya nyaris membeku dan kedua matanya membola. Sementara itu, Jiaqi justru terlihat bahagia dan bersemangat untuk menyatakan keinginannya selama ini.

Jiaqi meraih kedua tangan Allycia, "Menikahlah denganku, Allys. Aku dan Aiela membutuhkanmu."

Allycia tertegun dan belum juga memberi jawaban.

"Aku tahu sejak awal kau memang tak memiliki rencana untuk menikah, tapi aku yakin kau pasti juga merasa dekat dengan kami berdua. Kami sangat membutuhkan kehadiranmu sebagai seseorang yang kami sayangi. Aiela juga membutuhkan seorangmu selayaknya seorang anak yang membutuhkan kasih sayang ibunya, dan selama ini kau berhasil mengambil hati putriku, jadi kau bersedia 'kan?"

Jiaqi menatap Allycia dalam dan penuh arti, detak jantungnya pun kian berdebar kencang.

Allycia menunduk, memutus kontak mata diantara mereka. Hal itu membuat Jiaqi ragu akan jawaban Allycia nanti, ia tak ingin jawaban Allycia tak sesuai dengan ekspetasinya.

"Jadi kau masih teguh terhadap prinsipmu?"

Allycia kembali mengangkat wajah, ia menatap raut Jiaqi yang berbeda dari sebelumnya.

"Jiaqi, aku——" Allycia menggantung kalimatnya diatas udara, dan hal itu membuat Jiaqi semakin penasaran dengan jawabannya.

"Aku...." Allycia masih menatap Jiaqi tak kalah dalam.

Cupp

"Ya, aku bersedia."

Demi Tuhan, Jiaqi tidak dapat lagi berkata-kata setelah sebuah ciuman singkat mendarat tepat di pipi kanannya.

"Allys, kau—"

"Iya, aku bersedia," jawabnya dengan penuh antusias, Allycia tersenyum lebar seperti anak kecil yang berhasil mengambil hati ayahnya agar diperbolehkan makan permen.

Jiaqi sontak meraih tubuh ramping Allycia, mendekap tubuh itu dan dikecupnya puncak kepala wanita itu.

"Aiela pasti bahagia melihat ini, terima kasih, Allys."

Namun, sebuah peristiwa terlintas dalam pikiran Allycia dan hal itu membuat senyumnya mendadak luntur, "Tapi bagaimana dengan mama? Dia masih membenciku."

Suasana berubah menjadi hening, "Kau tenang saja, semua itu biar aku yang urus."

Allycia menangkat wajahnya serta sedikit memberi jarak antar keduanya, "Kau janji pernikahan ini tidak akan menyakiti siapapun 'kan? Bagaimana dengan mama, papa, dan Bianka? Apakah mereka senang dengan pernikahan ini? Aku hanya tak ingin ada yang terpaksa melihat pernikahan kita."

Tangan kanan Jiaqi terangkat, mengusap surai hitam Allycia dengan lembut, "Mereka tidak ada apa-apanya untuk kehidupan kita. Persetan mereka mau mendukung atau tidak, karena mereka tidak penting. Yang penting itu adalah kebahagiaanmu, kebahagiaanku, dan kebahagiaan Aiela. Kita menciptakan sebuah keluarga kecil yang diisi oleh kita bertiga. Mungkin berempat jika Tuhan berkehendak," ucap Jiaqi sembari mengulum senyum.

"Kau ini," kekeh Allycia sambil memukul lengan Jiaqi.

"Allys, kau tahu seberapa besar kebahagiaanku setelah kau mengatakan bahwa kau juga mencintaiku? Saking hebatnya aku sampai tidak bisa berkata-kata, perasaanku hanya dipenuhi oleh euphoria."

Begitu besar perasaan yang Tuhan titipkan kepadaku untukmu, Allys.

"Aku juga bahagia. Ngomong-ngomong aku masih sedikit pusing," ucapnya sambil memijat pelipisnya secara perlahan. Rasa pening itu kian menjalar keseluruh tubuh hingga membuat kaki Allycia sedikit melemah.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang