Allycia's pov
HARI ini adalah hari pertamaku tinggal di negara yang sejak remaja ingin aku tinggali. China lebih tepatnya.
Kedua sudut bibirku terangkat membentuk sebuah senyuman kecil sembari menatap pemandangan yang begitu indah dari balik jendela penthouseku. Langit berwarna biru disertai goresan-goresan putih telah menciptakan nilai estetika tersendiri dimataku. Membuatku langsung mengarahkan kamera ponsel untuk mengambil gambarnya.
Aku membalikkan badan hendak pergi meninggalkan jendela. Kuraih jaketku serta tas miniku yang hanya berisi dompet. Kulirik jam dinding yang tergantung indah pada tempatnya, sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit. Ya Tuhan, ternyata rebahan juga memakan banyak waktu, hahaha.
Aku sudah bersiap dengan pakaian santai namun rapi yang melekat pada tubuhku, tak lupa dengan jaket yang tersampir dikedua bahuku.
Aku memilih untuk berjalan kaki menuju ke supermarket terdekat, rasanya aku tak sanggup untuk berjalan lebih jauh lagi, mengingat perutku yang sangat kosong dan rasanya tubuhku mulai melemah.
Baru beberapa meter aku berjalan, tiba-tiba ponselku berdering, dengan cepat aku meraihnya dan membaca beberapa kolom pesan dari calon bosku di China. Ahh... Senang sekali, akhirnya aku bisa mewujudkan cita-citaku untuk bekerja ditempat ini, walau aku belum tahu, kapan aku bisa mulai bekerja.
Ketika aku asyik mengetik balasan untuk bosku, tiba-tiba seorang anak kecil menabrakku dan membuat ponselku terlempar dan jatuh di trotoar. Mataku membulat, shock melihat ponsel berlogo apple yang baru saja aku beli dengan uang tabunganku itu retak dibagian layar dan bagian belakang. Ohh tidak, aku harus memaki anak itu !!!
"Hiks, bibi, maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja."
Aku mengalihkan pandanganku kearah gadis kecil yang berdiri tak jauh dariku.
Lagi-lagi aku dibuat bungkam oleh gadis itu. Wajahnya membuatku ingat pada seseorang dimasa lalu. Matanya, hidungnya, bibirnya, caranya berbicara, benar-benar mirip dengan seseorang yang bertahun-tahun berusaha aku lupakan. Emm... tapi sekarang tidak ada waktu untuk memikirkan semua itu.
Lihatlah lelehan darah yang mengalir dari kedua lubang hidungnya. Darah yang bercampur lendir lebih tepatnya, ia menangis. Aku tak tega melihatnya.
Aku melangkah mendekatinya, berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengannya. Kini aku bisa menatap parasnya yang sangat manis, aku mengulum senyum kemudian mengulurkan tanganku untuk mengusap rambutnya yang dikepang dua.
Dia bergerak sedikit menjauh dariku, "Bibi jangan marah, aku benar-benar tidak sengaja." Dia terlihat ketakutan melihatku.
"Tidak apa-apa, sayang. Bibi bisa perbaiki ponsel itu nanti," jawabku selembut mungkin.
Kutarik tangannya secara perlahan, mengusap darahnya dengan ibu jariku, "Kau sakit?" tanyaku padanya. Ia mengangguk, "Pangkal hidungku sakit," jawabnya sambil sesenggukan.
Aku menghapus air matanya yang membasahi pipi tembamnya. Kini kulit putihnya memerah, aku sedikit panik dan buru-buru kubawa menuju tempat yang lebih teduh.
Setelah memungut ponselku yang mati, aku kembali menemani gadis itu duduk dikursi yang terletak di depan supermarket.
Aku mulai menempelkan punggung tanganku pada kening gadis itu untuk mengecek suhu tubuhnya. Sedikit hangat. Kurasa dia sedang tidak enak badan, lantas mengapa dia bisa ada disini, dan dimana orang tuanya?
Kulihat kekanan dan kekiri. Merasa tidak ada pergerakan orang dewasa mendekatiku, membuatku ingin bertanya pada gadis itu mengenai keberadaan orang tuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/293241177-288-k854569.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Фанфик❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...