WAKTU terus berjalan dan hari terus berganti. Terhitung sudah lebih dari satu bulan setelah Dean dan Irene menjalani hari pertunangan mereka, dan setelah itu keduanya tidak lagi muncul dihadapan Jiaqi maupun Allycia.
Saat ini di dalam sebuah ruangan persegi yang cukup luas, Allycia terdiam menatap sebuah album yang tak sengaja ia temukan di ruang kerja Jiaqi. Setelah kecelakaan itu, secara perlahan ingatan yang sempat terkubur itu kian kembali dan disaat itu Allycia mulai mengenali siapa dan di moment apa foto-foto yang terdapat di album tersebut.
Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. Sebuah foto yang memuat dua orang anak kecil berbeda jenis kelamin tengah saling menatap lucu dan tertawa. Dulu ia sempat bertanya siapa anak gadis yang sedang bersama Jiaqi itu, ternyata itu adalah dirinya. Mereka tampak begitu akrab, sama-sama polos dan lucu.
Hingga tanpa sadar sebuah usapan halus berlabuh tepat di puncak kepalanya, tentu saja hal itu membuat Allycia sontak mendongak.
"Sedang melihat apa?"
Disana ia mendapati sosok suaminya tengah tersenyum dan ikut memperhatikan sesuatu yang telah menyita seluruh fokusnya.
"Ah, maaf sudah lancang mengambil ini di ruang kerjamu. Aku hanya ingin melihat foto-foto ini," ujar Allycia sedikit menyesal.
Alih-alih membalas ucapan Allycia, Jiaqi justru mendudukkan dirinya disisi Allycia dan mengambil alih album itu.
"Kau tidak pernah berubah."
"Tetap cantik dan baik seperti dulu."
Jiaqi mengulas senyum, "Dan aku menyukainya."
Allycia mengerjap berulang-ulang sampai akhirnya ia memutuskan untuk menunduk menyembunyikan guratan merah diseluruh wajahnya lantaran malu.
"Allys."
Jiaqi menatap Allycia yang sudah mengangkat wajahnya lamat-lamat. Wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta berkali-kali dan semakin dalam itu kini sedang duduk dihadapannya.
Cup.
"Aku mencintaimu."
Meski hanya kecupan singkat, Allycia mampu dibuat mematung karenanya. Jantungnya berdebar tak karuan ditambah posisi mereka yang sangat dekat.
"I love you more, hubby."
Allycia membalasnya dan tanpa aba-aba Jiaqi menarik Allycia untuk dipeluknya dengan erat.
"Terimakasih sudah mengingat semuanya, kenangan masa kecil kita yang begitu berkesan akhirnya sudah kembali di ingatanmu. Dan terimakasih sudah bertahan hidup untukku."
Suasana hati Jiaqi yang memang sejak tadi sudah sedikit kalut, kini dibuat semakin kalut berkat Allycia yang mengawali kedatangannya dengan membuka kenangan masa kecil mereka. Entah sudah keberapa kali ia mengucap syukur atas semua yang sudah terjadi pada hidupnya.
"Jiaqi, jika kau sudah lebih dulu tahu mengenai aku adalah sahabatmu, kenapa kau tidak menceritakannya saja waktu itu? Kenapa harus menunggu selama ini?"
Kini pelukan mereka merenggang, tapi posisi mereka tetaplah berdekatan bahkan saling berhadapan satu sama lain.
"Karena aku tidak ingin kau mengalami sakit kepala, Allys. Aku lebih baik menunggu dari pada memaksa semuanya yang berujung menyakitimu. Kau sangat berharga, kau tidak boleh sakit karenaku," jawab Jiaqi dengan tulus sembari mengusap pipi Allycia menggunakan ibu jarinya.
Keduanya tersenyum tipis. Kemudian Allycia kembali berucap, "Terimakasih sudah mau menunggu selama ini."
"Selama itu untuk kebahagiaan kita, kenapa tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...
