eighty ; the final chapter.

142 8 1
                                    

"LOUISE!"

Suara nyaring itu membuat pria dengan balutan tuxedo hitam itu melongok kearah luar. Sudah hampir lima hari ia tak menginjakkan kaki dirumah berkat kesibukannya terhadap project baru yang baru saja ia resmikan bersama rekan bisnisnya. Tentu saja ia sangat merindukan rumahnya; lebih tepatnya keluarga kecil yang ia anggap sebagai rumah terhangatnya, tempatnya untuk pulang, dan tempat untuk berbagi keharmonisan.

Diujung sana terdapat seorang anak laki-laki berusia dua tahun tengah berlari menuju kearah ruang meetingnya. Anak itu terus berlari mengabaikan panggilan sang Ibu yang tengah mengejarnya, seolah ada seseorang yang lebih menarik untuk ia temui dari pada mendengarkan panggilan Ibunya.

"Louise, anak papa!"

Jiaqi sontak berlutut dan merentangkan kedua tangannya menyambut kehadiran sang putra yang begitu menggemaskan. Hingga pria kecil itu menabrak tubuhnya dan memeluknya dengan erat, anak itu merindukan papanya, papa yang selalu menemaninya bermain bersama sang kakak, dan papa yang selalu menggendongnya setiap ia menangis. Ya, Louise dapat dibilang lebih dekat dengan papanya dari pada dengan mamanya.

"Pwapwa."

Jiaqi mencium pipi anak itu dengan brutal, ia begitu merindukan Louise sama seperti Louise merindukannya. Sampai keduanya tidak sadar bahwa mereka tengah menjadi sorotan publik, bahkan tak jarang para pegawainya juga merasa gemas terhadap tingkah bosnya.

"Astaga, Louise! Kau membuat mama serangan jantung saja," dumel Allycia sambil mengatur deru napasnya.

Louise adalah anak yang sangat lincah, maka dari itu Allycia sangat takut apabila putra kesayangannya itu terjatuh, dan yang lebih parah bisa membuatnya keseleo.

Melihat kedekatan antara Louise dan Jiaqi membuat perasaannya seketika menghangat, ia paham betul seberapa rindunya Louise terhadap papanya itu. Tentu saja, setiap malam Louise selalu menangis mencari papanya, sampai Allycia mengenakan pakaian Jiaqi agar anak itu bisa tenang dan tidur didekapannya. Mereka seperti memiliki ikatan batin yang sulit dipisahkan oleh siapapun.

"Sayang," sapa Jiaqi yang kemudian berdiri dengan Louise digendongannya. Sesaat kemudian, Jiaqi mengecup kening Allycia dan memeluknya singkat.

"Bagaimana perjalananmu di Belgia, hubby?"

Jiaqi tersenyum tipis, "Baik, maaf aku tidak langsung pulang kerumah. Bagaimana keadaan kalian bertiga?"

"Kami juga sama baiknya. Aiela sekolah dengan baik, dia juga memiliki banyak teman di sekolah barunya. Hanya saja Louise sedikit rewel karena merindukan papanya."

Sorot mata mereka kini tertuju pada Louise yang mendusel-dusel di dada Jiaqi. Anak itu jauh lebih tenang ketika bersama papanya.

"Pwapa, Uis mau laryi-laryi sama pwapa," ucap Louise sambil meronta minta untuk diturunkan.

Mendapati hal itu, tanpa banyak alasan Jiaqi segera menurunkan Louise dari gendongannya, melepas jasnya dan menitipkannya pada Allycia."

"Okey, barang siapa yang menang akan mendapat ciuman dari mama, setuju captain?" ujar Jiaqi pada Louise.

"Uju!!" balasnya yang berarti 'setuju'.

Tanpa rasa malu dan gengsi, Jiaqi berlarian layaknya anak kecil dengan Louise yang mengejarnya dari belakang. Permainan sederhana yang dilakukan oleh ayah—anak itu membuat banyak orang ikut terhibur, kehangatan yang mereka ciptakan telah tersalur. Sosok Jiaqi yang dulunya dingin kini banyak berubah setelah menikah dengan seorang wanita bernama Allycia. Hati dingin Jiaqi kini telah berhasil diluluhkan. Gengsi Jiaqi yang setebal tembok besar China kini berhasil diruntuhkan. Menjadikannya sosok pria yang ramah dan hangat seperti saat ini.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang