twenty four ; will last forever

145 23 51
                                    

"AIELA, perempuan itu siapa?" tanya salah satu teman sekelas Aiela. Gadis berkepang dua itu memutar kepalanya untuk melihat siapa yang ditunjuk oleh temannya itu.

"Sekarang Aiela punya mama? Secepat itu?" timpal yang satunya sambil menikmati popcorn yang ia bawa dari rumah.

"Itu artinya papanya Aiela menikah lagi!" sahut yang dibelakang dengan keras. Teman-teman Aiela serempak menoleh kearah anak itu.

"Kapan papamu menikah?" tanya teman perempuannya yang bernama Lingling.

Aiela masih bungkam, menatap teman-temannya satu persatu. Raut mereka masih sama yaitu raut mengejek.

"Kalian tidak usah ikut campur, ya!" pekik Aiela sambil meletakkan tasnya di meja kemudian mendudukkan diri.

Sontak satu kelas tertawa, "Pasti Aiela berbohong, kan dia suka berbohong!" sahut Lingling dan disambut oleh gelak tawa teman-temannya. Sangat menjengkelkan.

Aiela berusaha tak mendengar ucapan mereka, karena ia sangat ingat mengenai dongeng yang selalu Allycia dongengkan padanya sebelum tidur. Diam bukan berarti lemah. Aiela memilih diam karena tak ada gunanya berbicara dengan teman sekelasnya.

"Good morning, class," sapa miss Merry yang baru saja memasuki kelas. Sontak mereka mendudukkan dirinya dibangku masing-masing.

"Karena acara lomba membaca puisi akan diadakan minggu depan, maka hari ini kita akan berlatih untuk membaca puisi. Barang siapa yang puisinya bagus maka akan dipilih untuk ikut lomba, paham anak-anak?"

"Paham, miss."

Miss Merry menyebut nama murid-nya satu persatu untuk maju didepan kelas dan membacakan puisi buatannya. Yang pertama ada Lingling, gadis itu membaca puisinya dengan sangat bagus. Terus begitu hingga Aiela mendapat gilirannya.

"Ma Aiela, ayo maju kedepan," ucap miss Merru dengan senyuman yang hangat. Aiela masih duduk ditempatnya, matanya menatap setiap deretan kalimat yang membentuk sebuah kata-kata yang indah. Aiela ragu untuk membacanya, ia takut kalau ia akan ditertawakan oleh satu kelas hanya karena tema yang ia bawakan kali ini.

"Aiela, ayo maju kedepan, nak."

Aiela mendongak, menatap miss Merry yang memintanya untuk segera maju kedepan.

"Puisi Aiela belum selesai, miss," jawab Aiela dengan lirih hingga wanita seusia papanya itu menghampirinya.

"Ini sudah selesai, kenapa Aiela bilang belum selesai?"

Aiela terdiam, tangannya gemetar karena rasa ragu perlahan-lahan berubah menjadi rasa takut. Aiela menunduk menatap kata yang menjadi judul untuk puisinya.

'Mama'

Singkat namun membuat Aiela takut untuk membacanya.

"Aiela, ada apa? Kenapa sedih?" tanya miss Merry sambil mengusap kepalanya.

"Aiela gak mau baca, miss. Aiela takut," jawab gadis itu jujur.

Miss Merry mengulum senyum, "Kenapa harus takut? Disini ada miss Merry yang akan menemani Aiela. Ayo!" ajak miss Merry sambil menuntun Aiela berdiri dan maju ke depan.

Sebelum membacakan karyanya, Aiela memperhatikan teman-temannya dari kiri ke kanan, tampaknya mereka tak begitu memperdulikan keberadaannya di depan kelas. Hal itu membuat Aiela senang, karena mereka tidak akan memperhatikan isi dari puisinya.

Kini matanya beralih pada lembaran kertas yang ada ditangannya. Kertas bergambar Hello Kitty yang terdapat tulisannya disana, tulisan yang membentuk sebuah kata-kata indah yang disebut puisi.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang