seventy eight ; never enough

86 10 22
                                    

"SAYANG, bagaimana dengan ice cream rasa vanilla?"

Kepala Allycia sontak tertoleh menatap Jiaqi yang sejak tadi memilih varian ice cream dihadapannya. Seketika ia ikut memilih serta menimbang-nimbang.

"Aku lebih suka latte, hubby."

Jiaqi mengangguk, lantas ia memesan ice cream tersebut kepada seorang kasir. Setelah memesan mereka memilih salah satu tempat yang memiliki space ternyaman, yaitu di tepi jendela. Disuguhkan pemandangan kota dari lantai yang cukup tinggi ditambah dengan semilir angin membuat suasana kian mendukung kencan romantis mereka.

Allycia tak berhenti mengeksplor pemandangan diluar sana. Terdapat beberapa orang yang berlalu lalang disana. Dan tak jauh dari tempat mereka saat ini, terdapat grup band anak-anak muda yang tengah menyanyikan beberapa lagu berbahasa Mandarin kesukaan Allycia.

Wanita itu hanyut akan suasana itu, bahkan ia ikut bersenandung mengikuti irama lagu yang sudah tercetak di telinganya. Bahkan tanpa sadar, Jiaqi tersenyum mengamati dirinya.

Allycia sontak tersadar ketika sebuah tangan meraih jemarinya dan diusapnya dengan lembut. Yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri, Ma Jiaqi.

"Kau—"

"Kau sangat menikmati suasananya, hm?"

Allycia mengangguk, "Aku tidak pernah menikmati suasana seperti ini sebelumnya. Aku tidak pernah berkencan."

Dengan polosnya Jiaqi bertanya, "Kenapa tidak berkencan?"

"Ck, karena saat masih remaja aku sibuk mencintaimu! Dasar laki-laki sialan!"

Jiaqi tertawa ringan, "Hey! Kenapa kau jadi kesal dan mengataiku sialan?"

Allycia melipat kedua tangannya di depan dada, "Tentu saja, aku mencintaimu dengan tulus. Tapi kau malah—" Allycia menggantung ucapannya di udara.

"Ah sudahlah, aku tidak ingin kita bertengkar di moment yang indah ini." Allycia kembali tersenyum dan dada Jiaqi sontak menghangat.

Setelah menikmati ice cream kesukaan mereka, Jiaqi dan Allycia kembali melanjutkan perjalanan mereka menyusuri jalanan yang didominasi oleh remaja-remaja yang sedang dimabuk cinta. Sesekali mereka terkekeh melihat para remaja yang bahkan lebih ahli dalam hal romantis ketimbang keduanya.

Bahkan terdapat jarak diantara keduanya ketika sedang berjalan, sangat tidak romantis.

Ketika sedang sibuk mengamati jalan, tiba-tiba Jiaqi menautkan jemari keduanya dan ia sontak membuang muka lantaran malu. Jiaqi sangat tidak ahli dalam urusan cinta, tapi ia selalu berusaha membuat Allycia nyaman.

Allycia menoleh, menatap tautan jemari keduanya kemudian menatap sang suami yang berlagak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Wanita itu mengulum senyum, "Kau menggenggam tanganku?"

"Ekhrem, memangnya kenapa?" ujarnya menyembunyikan seribu rasa malu.

Allycia kembali terkekeh, "Tidak ada, aku menyukainya." Allycia meletakkan kepalanya diatas bahu Jiaqi, membuat jantung Jiaqi semakin tak karuan.

Oh, ayolah! Bahkan mereka sudah memiliki dua anak dirumah, kenapa mereka bisa seperti ini?

"Astaga, Allycia!"

"Kenapa? Kau tidak suka aku meletakkan kepalaku dibahumu?"

"Bukan, bukan itu! Hanya saja—" Jiaqi menghentikan kata-katanya dan juga langkah mereka.

"Entah kenapa jantungku berdebar sangat kencang, seperti baru pertama kali berkencan dengan seorang gadis dan mencoba hal-hal yang romantis. Ah, padahal kita sudah lebih dari ini!"

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang