forty five ; jealous

116 25 32
                                    

"JIAQI, sudah hentikan!" peringat tuan Ma terhadap putra bungsunya itu.

Ma Jiaqi yang sudah setengah sadar hanya diam saja melihat papanya yang sibuk menyingkirkan berbagai minuman beralkohol yang ada diatas meja nya. Dengan susah payah tuan Ma mengalungkan tangan kanan Jiaqi di bahunya dan membopong putranya itu menuju kamar.

"Kenapa kau menghentikanku, hm?" racau Jiaqi dengan suara khas orang mabuk.

Tuan Ma melirik putranya, "Kau gila, hah? Kenapa kau menyiksa dirimu sendiri dengan minuman-minuman seperti itu? Kau tidak kuat terhadap alkohol dosis tinggi, Ma Jiaqi!"

"Persetan!"

Tuan Ma menjatuhkan tubuh putranya diatas ranjang, menarik selimut dan menyelimuti tubuh putranya asal.

"Jika tuan Bastian tahu tentang ini pasti dia akan malu terhadapmu!"

"Sudah kubilang, persetan!" Jiaqi masih meracau.

"Beristirahatlah, semoga besok kau baik-baik saja." Tuan Ma berbalik meninggalkan Jiaqi yang mulai diam, sepertinya pria itu sudah terlelap.

"Bagaimana keadaan Jiaqi, pa?" tanya Allycia kepada tuan Ma yang baru saja keluar dari ruangan Jiaqi.

"Dia mabuk berat, seberat-beratnya." Tuan Ma memijit pelipisnya.

"Ini baru pertama kalinya aku melihat dia semabuk ini," imbuhnya.

Allycia menunduk, tersemat rasa bersalah di dalam benaknya. Ia tak habis pikir bahwa Jiaqi akan melakukan hal yang merugikan dirinya. Sejak kepergian Jiaqi dari gedung pesta yang diadakan oleh tuan Bastian malam ini, Allycia adalah satu-satunya orang yang merasa bersalah. Jiaqi pergi setelah memergokinya  bersama Ma Jiacheng. Astaga, harusnya ia tak seceroboh ini.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan agar dia tak mabuk?" tanya Allycia yang dilanda oleh rasa bersalah.

"Salah satu cara untuk mengobati orang mabuk adalah keramas, tapi malam ini Jiaqi tak mungkin melakukan itu. Berdiri saja ia sempoyongan."

Kedua mata Allycia melebar ketika sebuah ide muncul di dalam otaknya, "Bagaimana kalau aku menyekanya dengan air hangat? Pasti dia akan merasa lebih nyaman."

"Kau yakin?" tanya tuan Ma serius.

"Tentu saja, kenapa tidak?" ucap Allycia dengan antusias.

"Allys, perlu kau ketahui... Bahwa seseorang yang sedang mabuk akan berubah menjadi tak terkendali. Apa kau mampu menanganinya sendirian?"

Bibir Allycia menganga, ia hendak menjawab namun hatinya mencegah. Benar juga ucap tuan Ma, jika dia berada disana besar kemungkinan Jiaqi akan mengamuk dan berubah menjadi werewolf yang sulit untuk dikendalikan. Apalagi alasan kemarahan Jiaqi adalah dirinya, bukan?

"Tapi Jiaqi tak mungkin bersikap seperti itu, secara kau adalah orang yang dia sayangi, dia tak mungkin menyakitimu. Jadi terserah kau mau menyekanya atau tidak, aku pergi dulu." Tuan Ma berlalu dari hadapan Allycia. Pria itu tampak lelah karena seharian tak beristirahat dengan normal, yang mana ia harus melakukan perjalanan jauh dan menghadiri sebuah pesta formal yang diadakan oleh orang berpengaruh, tuan Bastian Platers.

Allycia terdiam, ia menimbang-nimbang keputusannya. Setelah lama larut dalam pergumulannya, akhirnya Allycia memutuskan untuk menemui Jiaqi saja. Itung-itung sebagai penebusan rasa bersalahnya pada Jiaqi.

Secara perlahan-lahan wanita itu mulai membuka pintu kamar milik Ma Jiaqi. Kamar hotel jenis president suite ini menjadi sedikit horor karena pemiliknya yang sedang mabuk berat, ada kemungkinan bahwa pria itu akan berubah menjadi werewolf, mungkin begitu pikir Allycia.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang