fifty seven ; always

111 17 13
                                    

JIACHENG semakin mengeratkan genggamannya ketika sang ibu semakin mendesaknya untuk memberikan catatan yang memuat curahan isi hatinya. Ia tak pernah diajarkan untuk melawan orang tua, tapi ia juga tak ingin rahasianya terbongkar. Jiacheng tak ingin permasalahan ini akan mengacaukan hubungan Jiaqi dan Allycia.

"Kenapa kau tak ingin menunjukkannya pada mama? Apa itu berisi sesuatu yang tidak boleh kami lihat?"

Jiacheng menunduk dalam-dalam sekaligus merasa was-was jika ibunya merebut paksa kertas yang ada di genggaman tangannya. Bisa-bisa masalah baru akan muncul.

"Sudahlah, tidak usah diperpanjang. Lebih baik kita pulang," tutur tuan Ma sambil menuntut Jiaqi yang kesakitan dibagian pinggangnya.

Nyonya Ma menyudahi kegiatan intimidasinya, ia memilih mengikuti perintah sang suami dari pada menambah beban pikiran dengan bertanya-tanya apa isi dari kertas tersebut. Seperti kata orang-orang bahwa seorang ibu memiliki perasaan yang kuat terhadap anaknya, saat ini nyonya Ma merasa Jiacheng sedang menyembunyikan sesuatu.

- - -

Hari berlalu dengan begitu cepatnya, sejak terlontarnya restu dari mulut nyonya Ma. Jiaqi langsung mengkoordinasi anak buahnya untuk segera mempersiapkan acara pernikahannya dengan megah, ia tak ingin acara pernikahannya ada cacat sedikitpun.

Jiaqi tersenyum puas melihat ballroom yang sudah dihias rapi sesuai dengan intruksinya. Ia rela mengorbankan banyak waktunya hanya untuk meneliti dekorasi dari ruangan ini, ia ingin Allycia bahagia dan puas.

Sebuah telepon masuk telah berhasil membuyarkan lamunannya. Jiaqi merogoh saku celananya dan mengangkat telepon masuk tersebut.

"Halo, ma? Ada apa?"

"Hallo, sayang. Mama sudah menghubungi desainer teman mama. Dan katanya, gaun untuk Allycia sudah disiapkan, apa kau mau melihatnya sekarang?"

Jiaqi mengusap tengkuknya, "Kalau hari ini sepertinya aku tidak bisa, soalnya aku ada meeting jam satu nanti. Apa mama bisa mengantar Allycia untuk melihat gaunnya?"

Wanita diseberang sana tampak berpikir, "Kalau begitu mama akan bilang besok kau akan melihatnya-"

"Aku ingin sekarang saja, ma. Mama tidak sibuk 'kan? Aku minta tolong bawa Allycia untuk melihatnya."

"Baiklah, tapi tidak akan lama karena mama juga sibuk."

"Iya, tak masalah. Terima kasih, Ma."

Sambungan telepon pun terputus dan Jiaqi kembali memantau kinerja para pekerja yang ada disana. Sekali lagi, ia puas akan semua dekorasinya.

Jauh sebelum gedung ini disentuh, Jiaqi sudah terlebih dulu menyusun bahkan menggambar sketsa bagaimana dekorasi di ruangan ini disusun. Dimulai dari tata letak hingga pemilihan warna, semuanya Jiaqi yang atur. Para pekerja itu hanya melakukan apa saja yang sudah disusun rapi oleh tuannya.

Sementara ditempat lain. Nyonya Ma menepati ucapannya untuk membawa Allycia bertemu dengan temannya, Teressa si desainer terkenal.

Allycia berdecak kagum begitu memasuki butik milik Teressa. Wanita yang terlihat seumuran dengan nyonya Ma itu menyambut keduanya dengan lembut.

Disana mereka langsung disuguhkan dengan gaun-gaun yang sangat perfect, sesuai dengan rekomendasi Jiaqi. Allycia mengamati satu persatu dari gaun yang sudah dipajang untuknya, dan masing-masing memiliki harga yang sangat fantastis.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang