KINI matahari sudah mulai menampakkan sinarnya menembus setiap celah dan berhasil membangunkan seorang pria yang tengah terlelap dibawah balutan selimut tebal itu.
Ah, tidak! Bukan karena itu ia terbangun, melainkan suara seseorang yang sepertinya tengah berusaha untuk mengeluarkan semua isi di dalam perutnya.
Jiaqi mengerjap-erjapkan matanya seraya menajamkan indera pendengarannya untuk memastikan bahwa itu adalah suara milik Allycia.
"Allys?!" Jiaqi kontan meloncat dari tempat tidurnya, berlari menuju kamar mandi yang beruntungnya Allycia tidak menguncinya dari dalam.
Jiaqi masuk, mendapati istrinya yang bersimpuh di depan closet dan dalam keadaan tubuh yang lemas. Jiaqi panik bukan kepalang.
"Allys, kau kenapa, sayang?" Jiaqi memijat tengkuk istrinya secara perlahan. Bahkan ia membantu mengikat rambut Allycia yang berantakan.
Allycia bangkit berdiri dan Jiaqi langsung membantunya. Wanita itu membasuh mukanya dengan air mengalir dari wastafel. Dan kini Jiaqi dapat menangkap raut istrinya yang memucat dan lemas seakan tak memiliki daya.
"Jiaqi, tolong bantu aku jalan kesana, ya?"
Jiaqi sontak mengangguk mantap, "Mau 'ku gendong?"
Allycia menolak, "Aku jalan saja."
Jiaqi menuruti apa kemauan Allycia. Keduanya melangkah secara beriringan sampai tubuh Allycia terduduk diatas ranjang.
"Kau mau aku buatkan sesuatu?" tawarnya sambil mengelus puncak kepala Allycia.
Allycia terdiam barang sejenak, saat ini kepalanya hanya diisi dengan jus lemon. Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah Jiaqi akan mengizinkannya mengonsumsi jus lemon dipagi hari?
"Sayang, kau ingin makan atau minum sesuatu?" tanya pria itu dengan lembut. Ia menatap kasihan terhadap istrinya yang sepertinya kurang enak badan.
"Sebenarnya aku ingin sesuatu, tapi aku takut kau tidak memberikannya," ujarnya ragu-ragu.
"Katakan saja, aku akan memberikan segalanya yang kau mau."
Allycia mengangkat wajahnya menatap iris suaminya, "Kau serius, segalanya?"
Jiaqi mengangguk, "Asalkan itu sehat bagi tubuhmu."
Turun sudah frekuensi kepercayaan diri Allycia. Ia kembali tak yakin jika Jiaqi akan mengizinkannya untuk mengonsumsi jus lemon dipagi hari. Tapi lama-kelamaan rasa keinginannya itu kian membuncah membuatnya menggigit bibir saking inginnya.
"Aku ingin jus lemon," lirihnya. Benar-benar dengan suara yang kecil ia berujar. Membuat Jiaqi menautkan kedua alisnya lantaran tak dengar dengan apa yang baru saja Allycia katakan.
"Katakan dengan keras, kenapa harus takut?"
Allycia melirik Jiaqi takut-takut, "Jus lemon, aku ingin jus lemon."
Kedua pupil Jiaqi melebar, "Apa?! Tidak! Itu tidak baik untuk kesehatanmu dipagi hari!"
Sesuai dengan tebakannya, Jiaqi tidak mungkin mengizinkannya mengonsumsi jus lemon dipagi hari.
"Lebih baik kau aku pesankan bubur, kemudian kita bersiap untuk ke dokter."
Allycia menggeleng, "Tolong jangan bawa aku ke dokter," mohonnya dengan suara parau.
"Tapi jika kita tidak segera ke dokter, bagaimana kita bisa tahu penyakitmu?"
Allycia hendak menangis karena ia benar-benar tak ingin pergi ke dokter. Entah kenapa berbagai rasa ketakutan itu seakan bertumpah ruah pada dirinya, segala bayangan buruk selalu menghantui dirinya. Membuat Allycia seakan tutup mata dan tutup telinga mengenai kata dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fiksi Penggemar❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...