forty eight ; don't reject me

123 26 43
                                        

PRIA itu terhenti ketika kedua orang tuanya sudah terlebih dulu datang sebelum dirinya. Dengan langkah sedang ia berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang duduk membelakanginya —— menghadap kearah dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota.

"Pa, Ma," sapanya sebelum mendudukkan diri di single sofa.

"Ma Jiacheng, bagaimana keadaan adikmu?" tanya tuan Ma yang menyebut nama putra sulungnya dengan sangat formal, membuat atmosfer yang menyelimuti mereka terasa berbeda.

"Dia baik, nanti malam sudah boleh pulang," jelasnya.

Nyonya Ma memutar posisi duduknya agar terfokus pada putranya, "Okey, langsung saja. Karena hari ini adikmu kurang sehat, mama minta kamu yang akan menggantikan peran adikmu diacara meeting nanti. Kau bisa 'kan?"

"Tapi Ma, aku sendiri juga mewakili perusahaan kita untuk datang diacara meeting nanti, 'kan? Jelas aku tidak bisa menggantikan Jiaqi untuk mewakili perusahaannya."

"Tapi sayang, perusahaan kita dan perusahaan milik Jiaqi sama-sama berperan penting di dalam rapat ini."

Jiacheng menyandarkan punggungnya, "Ini terlalu mendadak, aku tidak paham seperti apa riset yang sudah dikumpulkan oleh Jiaqi. Lebih baik Dean saja yang mewakilinya."

Tuan Ma menggeleng, "Malam ini Dean harus terbang ke Berlin untuk menggantikan Jiaqi."

"Lagi pula ini adalah acara penting, tidak seharusnya dioper-oper secara sembarangan seperti ini. Kita memang keluarga tapi jika sudah berada dilingkup pekerjaan jelas kita adalah saingan. Mau tidak mau, perusahaan Jiaqi harus menanganinya sendiri," tegas Jiacheng yang disetujui oleh Tuan Ma.

"Kau ada benarnya juga, andai saja kita salah kata itu bisa berpengaruh besar terhadap perkembangan perusahaan Jiaqi," imbuh tuan Ma.

"Papa pun tahu itu."

Tuan Ma teringat akan sesuatu, "Dan ini." Tuan Ma menyodorkan sebuah map yang berisikan tentang point-point penting untuk presentasi nanti, "Ada point-point tambahan, kau harus mempelajarinya."

"Ah, baiklah, terima kasih, Pa."

-  -  -

"Gawat!" pekik Dean yang membuat Allycia sontak menoleh.

"Ada apa?"

Dean yang saat ini sedang menatap layar ponselnya terlihat sangat panik dan khawatir. Pria itu mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya sembari menjawab....

"Tuan Ma Jiacheng tidak bisa menggantikan tuan Ma Jiaqi di rapat nanti, Allys."

Allycia masih diam tak memberi reaksi apapun, ia sendiri tak begitu paham dengan maksud Dean.

"Kan ada kau."

Dean meletakkan ponselnya diatas meja, "Tidak bisa, aku harus terbang ke Berlin malam ini." Dean memijat pelipisnya yang terasa pening, "Jika perusahaan tuan Ma Jiaqi tidak bisa hadir malam ini, maka kerugian yang ditanggung akan semakin besar."

Allycia menganga, "Lalu bagaimana?"

Dean menggeleng, "Aku tidak tahu."

"Beberapa hari yang lalu aku pernah membaca sebuah artikel bahwa perusahaan milik Jiaqi mengalami kerugian. Apakah benar?"

"Maka dari itu," tukas Dean cepat, "Kalau hari ini pihak kami sampai tidak mengikuti meeting maka kerugian bisa saja semakin besar."

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang