seventy seven ; second life.

120 12 42
                                        

DIBAWAH langit abu-abu yang siap menurunkan rintikan air hujan, seorang pria dengan balutan kemeja hitam itu terduduk tepat disamping gundukan tanah. Dengan perasaan campur aduk, pria itu menancapkan setangkai bunga pada gundukan tanah tersebut.

Sejenak ia terdiam, menatap gundukan tanah itu dengan seksama. Sampai sebuah usapan halus ia terima dari seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangnya.

"Mau sampai kapan kau ada disini?"

Jiaqi memejamkan matanya, ia menoleh kebelakang dan bangkit berdiri dari posisi awalnya. Tatapan teduh andalannya itu jatuh pada seorang wanita dihadapannya, wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta lagi. Pria itu mengangkat tangannya untuk merapikan setiap helaian rambut yang menutupi paras manis wanita itu.

"Aku duduk disini sampai aku berhasil menanam bunga ini, sayang. Kau menyukainya 'kan?"

Wanita itu tertawa, "Kau ini, belajar dari mana menanam bunga langsung dengan tangkainya? Lebih baik kau membeli bibit bunga, kemudian kau tanam disini," jelas wanita manis itu pada suaminya.

Jiaqi tersenyum simpul, "Aku akan melakukannya."

Sesaat kemudian sepasang mata indah itu membulat sempurna, melihat sesuatu menempel pada kemeja hitam suaminya.

"Kau! Lagi-lagi membuatku jengkel!" kesalnya seraya menarik telinga Jiaqi dengan kuat.

"Ah, aduh! Sakit sayang! Kenapa kau tega pada suamimu sendiri?!" pekiknya kesakitan. Tangannya masih senantiasa memegangi tangan istrinya yang tengah menghukumnya saat ini.

"Aku sudah bilang berkali-kali untuk berganti pakaian dulu sebelum main ke kebun. Lihat! Kemejamu sekarang kotor!"

"Kita bisa mencucinya, kenapa harus sekesal itu?!"

Wanita itu melepas tarikannya pada daun telinga Ma Jiaqi. Ia mengembuskan napas pasrah karena tak ada gunanya juga memarahi suami degilnya itu.

"Cucilah sendiri!"

Wanita itu melengos dan berjalan pergi memasuki pintu belakang rumah, sementara Jiaqi berlarian mengejarnya dari belakang.

"Sayang, jangan merajuk seperti itu. Kenapa kau sangat mudah sekali tersulut emosi setelah menjalani koma selama 1 bulan?"

Langkah wanita itu terhenti, ia berbalik dan menatap raut suaminya. Rautnya yang polos membuatnya tersentuh berkali-kali setiap mengingat betapa baiknya Tuhan setelah memberinya kesempatan kehidupan kedua. Ia tersenyum dan memeluk tubuh Jiaqi dengan erat.

"Jiaqi, maafkan aku."

Jiaqi tersenyum tipis, "Aku juga minta maaf karena membuatmu jengkel." Sesekali Jiaqi mengecup puncak kepala istrinya.

"Allys."

"Yash, Hubby?"

"Terimakasih sudah kembali dan hidup bersamaku."

Keduanya saling melempar senyum, "Semua ini karena kebaikan Tuhan."

Jiaqi terkekeh kemudian meraup bibir Allycia dengan sangat lembut. Keduanya saling memejamkan mata untuk menikmati setiap kecupan dan sesapan yang diciptakan oleh Ma Jiaqi, menjadi bukti bahwa mereka memang ditakdirkan untuk bersama dan tak terpisahkan.

Tangan Jiaqi juga tak tinggal diam, pria itu meraih tengkuk Allycia dan ciuman diantara keduanya terasa semakin dalam. Sementara Allycia dengan percaya diri mengalungkan kedua tangannya di leher Jiaqi.

Hingga tanpa sadar, bibi Seon yang tak sengaja lewat terpaksa harus putar balik tak ingin mengganggu moment romantis majikannya. Tapi meski begitu, wanita tua itu sangat bersyukur karena kehidupan majikannya kembali berjalan dengan begitu harmonis setelah melewati huru-hara yang begitu mencengangkan.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang