twenty eight ; why should i

125 25 30
                                        

"XIAO MA, kamu sendirian saja?" tanya tuan Ma pada putranya yang sedang menidurkan cucunya.

"Papa kenapa kesini?"

Tuan Ma mendudukkan dirinya disalah satu kursi yang ada, kemudian ia menatap Jiaqi dengan serius.

"Papa ingin bertanya sedikit mengenai Allycia."

Deg!

Jiaqi memutar posisi duduknya menghadap tuan Ma, "Allycia?"

"Ya, sejak kapan kamu mengenalnya?"

Jiaqi memicingkan matanya, "Kenapa tiba-tiba papa mempertanyakan tentang Allycia?"

Tuan Ma tergagap, tatapan Jiaqi mengatakan bahwa dirinya tengah mencurigai papanya itu. Lagipula, untuk apa pria paruh baya itu mempertanyakan perihal Allycia? Semua ini terkesan bahwa tuan Ma ingin mengenal sosok Allycia lebih dekat.

"Pa? Aku bertanya, untuk apa papa membahas tentang Allycia?"

Tuan Ma berusaha terlihat tenang, "Jawab saja pertanyaanku, apa susahnya sih?!"

Jiaqi mengangguk pelan, "Aku mengenalnya beberapa bulan yang lalu. Tetapi aku merasa bahwa ia adalah teman kecilku. Papa masih ingat Allycia teman kecilku 'kan?"

Deg!

Tuan Ma berusaha santai, sebisa mungkin ia tidak ingin putranya itu semakin mencurigainya. Dengan gerakan kikuk ia mengangguk, "Tentu saja papa ingat."

"Well, apalagi yang ingin papa tanyakan padaku?"

"Apa kamu sudah memastikan bahwa dia adalah teman kecilmu?"

Jiaqi menggeleng, "Belum, tapi orang suruhanku, Dean. Dia sedang berusaha mencari tahu tentang Allycia."

Tuan Ma membulatkan matanya, jantungnya berdegup lebih kencang, "Papa rasa itu tidak perlu."

"Why?"

"Fokuslah pada apa yang saat ini ada di depanmu, karena mencari Allycia tidaklah semudah itu. Jikalau dia ketemu, dia belum tentu mengenalmu karena dia hilang ingatan."

Jiaqi menatap papanya dengan serius, "What? Papa tahu dari mana dia mengalami hilang ingatan?"

Pertanyaan sederhana namun terdengar seperti interogasi ditelinga tuan Ma. Pria itu mulai menunjukkan gelagat aneh yang membuat Jiaqi menjadi curiga dengan papanya itu.

"Pa, are you okay?"

Tuan Ma terkesiap, "I'm okay."

Jiaqi mengangguk tak acuh, "Jikalau dia tidak mengingatku karena dia mengalami hilang ingatan, sebisa mungkin aku akan membuatnya ingat tentang aku."

"Aku bilang tidak perlu!" tegas Tuan Ma yang membuat Jiaqi mengernyit heran.

"Papa kenapa sih? Ini urusanku, bukan urusan papa."

Tuan Ma bangkit berdiri dari duduknya, tanpa berpamitan pria itu pergi begitu saja meninggalkan ruang rawat Aiela. Jiaqi mengedikkan bahunya tak acuh, ia tidak peduli tentang papanya itu. Namun sejenak ia berpikir, untuk apa papanya itu mencari tahu tentang Allycia?

-  -  -

"SIAPA YANG BERANI MELUKAIMU SAMPAI SEPERTI INI, ALLYS?!" Suara Jiaqi terdengar sangat nyaring memenuhi seluruh penjuru ruangan bernuansa dark ini. Allycia hanya menunduk takut.

"Katakan, apa mamamu itu yang melakukannya? Matamu juga sembab, pasti kamu habis menangis, iya kan?!" desak Jiaqi sambil mencengkeram kedua lengan Allycia.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang