fifty three ; be mine

156 21 36
                                    

MUSIM dingin akhirnya tiba, tak sedikit diantara mereka merayakan dan menyambut kedatangan musim baru di tahun ini dengan penuh keantusiasan. Namun, berbeda dengan wanita berambut panjang yang memilih duduk di dekat jendela sambil mengamati butiran-butiran es yang berterbangan diudara, kemudian jatuh dan menumpuk menutupi tanah. Salju akhirnya turun.

"Tuan Ma Jiacheng tidak bisa berlama-lama di tempat dingin, beliau memiliki kelemahan terhadap udara dingin sehingga bisa saja membuatnya pingsan atau bahkan demam."

Allycia menoleh menatap Dean yang berdiri dibelakangnya, "Apakah dia baik-baik saja?" tanyanya dengan suara parau. Allycia benar-benar merasa bersalah dan kasihan terhadap pria itu.

"Suhu tubuhnya terus meningkat karena udara begitu dingin, kita berdoa saja."

Allycia mengangguk kemudian mengalihkan pandangannya kearah jendela lagi. Dipandangnya pemandangan salju itu, sangat cantik batinnya.

Setelah sekian lama akhirnya ia bisa melihat salju. Musim dingin adalah musim kesukaannya, saat kecil ia selalu membayangkan bagaimana rasanya bermain dibawah rintikan salju dan membuat boneka salju yang ia namai Odete.

Tapi sayang semua itu hanya sebuah keinginan belaka, dan tibalah di hari ini, dimana dirinya bisa melihat salju dan menyentuhnya secara langsung.

"Pakai sarung tanganmu, nanti kau bisa sakit," pinta Dean sambil mengulurkan sebuah sarung tangan.

"Terima kasih." Allycia menerimanya, kemudian memakainya dengan perlahan, "Apa Jiaqi sudah tahu tentang ini?"

Dean menggeleng, "Kau sendiri yang melarangku untuk memberi tahu-nya 'kan?"

Allycia mengangguk sembari tersenyum kecil, "Aku takut Jiaqi akan semakin marah padaku karena aku telah melukai kakaknya."

"Tuan Jiaqi tidak seperti itu," ucap Dean seraya mendudukkan dirinya disamping Allycia, "Ngomong-ngomong kalau boleh tahu, kenapa kalian bisa pergi berdua?"

"Aku yang mengajaknya, karena aku membutuhkan seorang teman. Disini hanya dia yang mengerti bagaimana aku," jawabnya dengan atensi penuh pada luar jendela.

Dean berdeham, "Tapi sebaiknya jangan terlalu dekat dengan tuan Ma Jiacheng."

Kepala Allycia tertoleh menatap Dean, "Kenapa? Aku dan Jiacheng sebelumnya memang suka dekat, kami berteman."

"Yeah, i know that, but... setelah ini jangan, please."

Allycia terkekeh, "Kau ini kenapa tiba-tiba seperti ini? Tidak jelas sekali." Dilihatnya sejenak jam dari ponselnya.

"Aku harus pulang, pasti Aiela membutuhkanku," ucap Allycia sembari bangkit dari duduknya.

"Aku titip Jiacheng, ya? Kalau dia sudah bangun katakan saja aku pulang," ucap Allycia sebelum pergi meninggalkan tempatnya.

Setelah sejauh enam langkah, Dean berdiri kemudian menyeletuk dengan nada lirih, "Ingat Allys, tuan Ma Jiaqi itu orang yang posesif, kubilang kau harus berhati-hati dengannya."

-  -  -

"Ayo kita main salju, pa!" ajak Aiela kegirangan, sementara itu Jiaqi sedang menyeduh teh dimeja pantry. Jiaqi hanya melirik putrinya sekilas.

"Nanti saja ya, sayang. Papa sedang sibuk."

Aiela langsung mendesah kesal, gadis itu berjalan menghampiri sofa yang terletak di dekat jendela kamudian membanting tubuhnya disana. Rautnya yang kesal membuat Jiaqi terkekeh melihat sikap putrinya itu.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang