thirty three ; keep you in my heart

94 22 3
                                    

SUARA gaduh yang timbul dari benturan barang satu dengan barang yang lainnya membuat seseorang yang tadinya duduk santai di sofa ruang tamu mulai menghampiri sumber suara untuk memeriksanya.

"Ada apa ini?!" kesal tuan Ma yang merasa terganggu dengan ulah Jiacheng yang sedikit bar-bar.

Jiacheng mengesah pasrah, "Aku sedang mencari kalkulatorku, waktu itu Jiaqi meminjamnya dan tidak dikembalikan sampai sekarang. Dan aku sangat butuh benda itu."

"Kamu bisa pakai ponsel 'kan?"

"Tulisannya kecil, aku butuh kalkulator asli untuk menaikkan mood kerjaku."

Tuan Ma merotasikan bola matanya, "Yasudah, pakai punya papa yang ada ditas. Setelah itu jangan ganggu ke-santai-anku lagi!"

Jiacheng mengangguk lantaran pasrah untuk mencari benda kesayangannya itu. Dalam hati ia mengutuk Jiaqi yang selalu saja menyusahkannya dalam segala hal. Untung saja Jiaqi adalah adik kesayangannya, jika tidak mungkin saja ia akan memakinya sampai puas.

Jiacheng berlalu dari hadapan tuan Ma. Kedua bola mata pria itu mengikuti kemana perginya Ma Jiacheng sampai laki-laki itu benar-benar hilang dari pandangannya. Ia menggeleng heran, Jiacheng yang usianya sudah puluhan tahun sikapnya masih saja seperti anak kecil.

Tuan Ma mengulum senyum membayangkan tingkah putra sulungnya yang kadang membuatnya terheran-heran. Kakinya hendak melangkah pergi, namun netranya itu tak sengaja melihat sebuah tumpukan dokumen yang diatasnya terdapat sebuah koran usang. Koran usang yang sengaja di-laminating oleh Jiaqi.

Kedua alisnya mengkerut, ia melangkah mendekati tumpukan dokumen itu. Ah, tidak, lebih tepatnya ia menghampiri koran usang yang entah kenapa bisa menarik perhatiannya. Tangannya terulur untuk mengambil benda itu, dalam hati ia membaca.

Tiba-tiba saja tangannya gemetar, koran itu memuat sebuah berita yang sejak dulu ingin ia lenyapkan. Hanya satu pertanyaannya, mengapa Jiaqi menyimpan benda ini? Apa ada yang tersembunyi dibalik ini semua?

Tuan Ma memejamkan matanya, berbagai ingatan mengenai masa lalu kembali bergentayangan mengelilinginya. Rasa takut yang sudah lama terpendam kini mulai memunculkan dirinya, ia khawatir, tubuhnya langsung berkeringat dingin.

"Papa?"

Tuan Ma sontak membuka matanya, menatap Jiaqi yang berdiri dibelakangnya dengan secangkir teh ditangannya. Jiaqi meletakkan tehnya diatas meja, matanya tertuju pada koran usang yang ada digenggaman papanya.

"Papa kenapa ada disini? Dan kenapa koran itu bisa ada ditangan papa?" selidik Jiaqi.

Tuan Ma tergagap namun ia berusaha rileks, "Kenapa kau menyimpan koran bekas seperti ini? Ini berita sudah lama sekali dan tidak ada gunanya kau simpan."

"Itu bukan sembarang koran." Jiaqi mengambil alih koran itu dari tangan tuan Ma, "Ini berita tentang sahabatku, Allycia."

"Saat dia berusia delapan tahun, ia mengalami kecelakaan yang disebabkan oleh sebuah bus. Aku dengar, sampai sekarang pelakunya belum juga ditemukan dan keluarga korban memutuskan untuk menutup kasus ini. Padahal aku masih ingin tahu siapa pelakunya itu," cicit Jiaqi santai sambil memasukkan benda itu kedalam laci meja kerjanya.

Tuan Ma bungkam.

"Pelakunya melarikan diri setelah kecelakaan itu terjadi. Polisi hanya menemukan dua orang pria tewas di dalam bus itu. Yang jelas mereka berdua bukanlah sopir, maka dari itu aku penasaran dengan sopirnya. Kenapa dia sangat bodoh dalam berkendara!" umpat Jiaqi yang secara tidak langsung menampar wajah tuan Ma.

Jiaqi menjatuhkan tubuhnya diatas kursi kerjanya, "Andai saja dua pria itu tidak tewas, pasti polisi sudah menemukan siapa sopirnya. Sayang sekali, padahal aku ingin sekali memakinya karena dia sudah membuat sahabatku terluka parah. Dia amnesia."

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang