sixty six ; fragile

75 10 15
                                    

"TUAN MA, ayah anda sendiri, sir."

Keempatnya mendelik kaget begitu Dean menyampaikan hal itu. Terlebih tuan Ma yang rasanya hampir mati ditempat. Ia tahu ia salah, tapi secara mental ia tak siap untuk dihukum.

Jiaqi menepis omong kosong itu, ia merebut potongan kertas itu dan dibacanya dengan seksama. Otaknya berusaha berpikir positif, namun semakin ia meneruskan bacaan itu maka semakin tersayat hatinya terlebih ketika ia menemukan nama sang papa dan identitasnya secara lengkap.

Perlahan-lahan Jiaqi mengangkat wajahnya menatap kakak sekaligus papanya secara bergantian. Hatinya benar-benar hancur, terluka, dan tersayat dengan begitu hebatnya.

"Jiaqi, maafkan papa. Papa tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu, papa hanya—"

"SHUT UP!"

"Kalian lebih buruk dari bangkai tikus dijalanan. Aku tidak mengerti kenapa kalian sejahat ini, membiarkan kejahatan tersembunyi dan membiarkan si korban menderita dengan kecacatannya?"

"Terlebih kau, Ma Jiacheng!" Tatapan tajam Jiaqi tertuju pada Jiacheng yang juga sama menegangnya. Bahkan ia lupa cara bersopan-santun kepada kakak kembarnya sendiri.

"Kau mencintai Allycia, bukan? Tapi kenapa kau melakukan ini? Apa kau tak kasian padanya? Setiap malam ia menderita, menahan sakit pada kepalanya dan terkadang ia kehilangan ingatannya untuk beberapa saat. Apa kau tak kasihan padanya? Kau mencintainya 'kan? Tunjukkan bahwa kau adalah seorang pria yang mencintainya, Ma Jiacheng!" seru Jiaqi dengan air mata yang tak tertahan. Terutama Jiacheng yang sudah menumpahkan segala air matanya karena rasa berdosa dan bersalah menjadi satu.

"Kalian benar-benar membuatku muak, aku bersumpah tidak akan kembali kerumah ini dan melihat wajah-wajah kalian. Dan untuk papa, mulai sekarang jangan pernah mengharapkan yang terbaik karena kau harus dihukum atas tindakanmu itu."

Jiaqi menghela napas berat, "Dean, bawa Aiela dan kita pergi sekarang."

"Alright, sir."

Jiaqi berbalik namun tangannya ditahan oleh seseorang.

"Jiaqi, papa mohon. Keburukan papa akan mempengaruhi reputasimu juga, nak."

Jiaqi menepis tangan itu dari tangannya, "Maaf, tapi aku bisa berdiri sendiri. Kita beda urusan!" Jiaqi melanjutkan langkahnya dengan perasaan yang sangat amat kecewa.

Dadanya sungguh sesak dan ia tak bisa menahannya lagi. Jiaqi masuk ke dalam mobilnya dan ia kembali menumpahkan seluruh emosinya sembari memukul-mukul steering wheel.

Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini? Kenapa harus kakak dan ayahnya yang menjadi pelaku atas semua tindakan kriminal ini? Jiaqi menghela napasnya berkali-kali, meraup oksigen sebanyak mungkin karena dadanya sungguh sesak.

"Kenapa rasanya sangat sakit?" Ia memukul-mukul dadanya sendiri, namun itu semua tak sebanding dengan rasa sakit yang tertoreh dari papa dan kakak kembarnya. Jiaqi ingin mati saja sekarang.

Sementara itu, nyonya Ma menatap dua pria dihadapannya itu dengan tatapan tak percaya.

"Kenapa kalian tak pernah bercerita padaku soal ini?"

Tuan Ma yang sejak tadi merenung pun memilih untuk diam. Sementara Jiacheng sudah seperti mayat bisu yang tak berguna. Keduanya hanya bisa pasrah dan menunggu polisi atau badan hukum mendatangi mereka.

Nyonya Ma hanya dapat menangis, rasa sedih itu bertubi-tubi menghantam dadanya. Setelah semuanya diproses bagaimana dengan hidupnya? Sudah jelas Jiaqi tidak akan menerimanya, ia tak bisa hidup sendiri.

"Semuanya sudah terlambat, tinggal menunggu waktunya saja," gumam Jiacheng.

-  -  -

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang