"AIELA mau punya adik kan, pa?"
Jiaqi menoleh menatap putri kecilnya yang menatapnya penuh harap. Gadis kecil digendongannya itu masih setia menunggu jawaban darinya yang sampai sekarang memilih untuk bungkam.
"Kenapa Aiela bertanya seperti itu?"
"Bibi Allycia mau punya dedek 'kan, pa?"
Jiaqi menghela napas. pintu lift terbuka dan Jiaqi keluar bersama Aiela yang masih berada digendongannya. Disepanjang perjalanan menuju ruangannya Jiaqi tersenyum sopan menanggapi para pegawainya yang membungkuk sopan untuk menyapanya.
Tangannya terulur, memutar knop pintu dan keduanya telah sampai diruang kerja Jiaqi. Jiaqi menurunkan Aiela dari gendongannya. Merasa belum mendapat jawaban dari sang papa, Aiela pun menagihnya dengan menarik tangan papanya yang hendak pergi.
"Ada apa Aiela?"
"Papa belum jawab pertanyaan Aiela."
Jiaqi mengusap rambut hitam putrinya, "No, Aiela tidak akan punya adik. Bibi Allys kemarin hanya sakit perut."
Aiela menatap Jiaqi dengan kecewa, bibir tipisnya melengkung kebawah, "Tapi—"
"Tidak ada tapi-tapi. Bibi Allys itu bukan mamanya Aiela dan yang bisa memberi adik untuk Aiela itu hanya mama," potong Jiaqi cepat.
"Kalau begitu, kenapa bibi Allys tidak jadi mamanya Aiela saja? Lagi pula bibi Allys kan tinggal dengan kita."
Jiaqi menggeleng, "Tidak semudah itu, sayang." Jiaqi mengecup kening Aiela cukup lama dan menghapus air matanya menggunakan ibu jari.
"Aiela duduk disini saja, ya? Papa mau lanjut kerja."
Aiela hanya mengangguk sambil memperhatikan punggung Jiaqi yang menjauh darinya. Aiela mendudukkan dirinya di sofa sembari menyandarkan kepalanya pada kepala sofa. Bayangan mengenai kejadian disekolah tadi kembali berputar dalam ingatannya. Ilusi teman-temannya yang tertawa lepas diatas penderitaannya kembali menyiksa mood Aiela yang sebelumnya memang tidak baik.
"Gak punya mama, gak punya mama, gak punya mama..."
Aiela mengepalkan tangannya kuat-kuat, matanya menatap tajam apapun yang berada di depannya. Gadis itu bangkit berdiri, memukul pigura yang memuat foto sang mama yang tersenyum cerah kearah kamera. Benda berharga itu jatuh begitu saja dari meja dan pecah berkeping-keping.
Mendengar kericuhan yang diciptakan oleh Aiela membuat Jiaqi mengalihkan atensinya pada putrinya itu. Dan Jiaqi terkejut, pria itu langsung menghampiri Aiela dan menatap nanar pigura yang sudah tak berbentuk diatas lantai.
"Aiela, apa yang kamu lakukan!" teriak Jiaqi tanpa sadar.
Bukan seperti biasanya yang langsung menangis ketika dibentak, Aiela justru biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Matanya menatap datar foto sang mama yang sudah hancur.
Jiaqi memunguti pecahan pigura itu, bahkan pecahan kaca yang tajam telah berhasil menggores jarinya hingga berdarah.
Jiaqi menatap tajam Aiela yang masih tampak santai setelah apa yang gadis itu lakukan barusan.
"Kenapa Aiela merusak foto mama?!" Jiaqi berusaha mengontrol emosinya.
"Mama jahat!" pekik gadis itu yang membuat Jiaqi melongo tak percaya.
Jiaqi menarik bahu Aiela, "Ulangi sekali lagi!"
"Mama jahat!" teriak Aiela yang lagi-lagi membuat Jiaqi bungkam atas tindakan diluar nalar yang Aiela lakukan.
Jiaqi masih diam dengan napasnya yang sempat tersenggal karena menahan emosi. Dapat Jiaqi lihat bahwa tatapan putrinya itu kian menajam kepadanya. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...
