SUASANA pagi ini terasa sedikit berbeda. Rumah yang awalnya diisi dengan keributan kecil antara Nyonya Ma dan Jiacheng kini telah berubah. Sekitar lima menit Nyonya Ma dan Jiacheng telah meninggalkan rumah dan berencana untuk kembali ke Henan, tempat tinggal mereka. Jiacheng sengaja membawa mamanya kembali ke Henan karena membawa pergi ke Amerika bukanlah suatu ide yang baik untuk kondisi saat ini. Saat pulang tadi nyonya Ma sempat mengeluh bahwa dirinya kurang enak badan, tentu Jiaqi telah berulang kali membujuk gegenya untuk tetap tinggal disini beberapa waktu lagi, tapi sayangnya Jiacheng tetaplah Jiacheng, ia sangat keras kepala.
Jiaqi memijat pangkal hidungnya, tentu ia merasa khawatir dengan ibunya itu, bagaimana kalau ditengah perjalanan ibunya kenapa-napa? Sementara saat ini ibunya hanya bersama Jiacheng saja. Sesekali Jiaqi merutuki papanya yang ada di California, pria itu sudah berjanji untuk datang kerumahnya, tapi sampai sekarang ia tak sempat menampakkan batang hidungnya sekalipun dihadapannya. Dasar!
Jiaqi mengecek ponselnya, ia berdecak karena Jiacheng belum juga membalas pesannya.
"Jiaqi."
Jiaqi menoleh menatap Allycia bersama Aiela yang berdiri di sampingnya.
"Papa, ayo berangkat." Aiela tersenyum menatap papanya, namun tidak dengan Jiaqi yang menatap dua perempuan itu dengan datar.
"Hm, cepat masuk ke mobil." Jiaqi kembali fokus pada benda pipih ditangannya. Aiela memasang muka cemberut, papanya itu terlihat begitu dingin pagi ini. Biasanya Jiaqi akan menyambutnya dengan ramah, tapi kali ini beda.
"Aiela buruan masuk ke mobil, ya?" tutur Allycia sambil memberikan sekotak bekal yang berisi nasi goreng serta telur mata sapi kesukaan Aiela. Gadis kecil itu mengangguk, "Oke, bibi. Papa buruan masuk, ya? Aiela tidak mau terlambat sekolah!" pesan gadis itu sebelum masuk kedalam mobil milik papanya.
Allycia menghampiri Jiaqi, "Ada apa, eum? Sepertinya sedang badmood."
Jiaqi berdecak, "Aku khawatir kalau mama kenapa-napa. Mama mengeluh kurang sehat tapi si gege kurang ajar itu malah memaksanya untuk pulang, dasar!"
Allycia mengangguk paham, "Tunggu saja sampai Jiacheng menjawab, dia tidak menjawab mungkin karena dia sedang nyetir?"
Jiaqi memasukkan benda pipih itu kedalam saku jaketnya, "Hm, aku tahu itu. Kalau begitu aku berangkat dulu." Jiaqi melangkah menuju mobilnya. Sebelum dirinya benar-benar masuk kedalam bangku kemudi, Jiaqi menyempatkan diri untuk menatap Allycia, "Hari ini aku ada meeting penting, jadi tolong siapkan pakaian formal untukku."
Allycia mengangguk, "Siap."
Jiaqi membalasnya dengan senyuman super tipis, sampai akhirnya ia masuk kedalam mobil mahal miliknya.
- - -
"Papa."
"Ya, sayang?" jawabnya tanpa menoleh kearah Aiela. Gadis itu menyamankan duduknya sebelum mengutarakan sesuatu yang mengganjal hatinya, "Bibi Allycia mau pergi dari rumah kita, ya?" tanyanya dengan sangat hati-hati, takut jika papanya itu akan marah atau menjawabnya dengan sengit.
"Pindah?" Jiaqi mengernyit. Aiela mengangguk, "Semalam Aiela tidak sengaja dengar kalau bibi mau pergi dari rumah kita. Aiela sedih."
Jiaqi berdecak, mood nya benar-benar memburuk pagi ini. Kenapa Allycia tidak mengatakan apapun padanya mengenai pindahan yang telah ia rencanakan?
"Bibi Allycia tidak akan kemana-mana, Aiela tenang saja, okey?" Jiaqi mengusap surai panjang Aiela dengan lembut.
"Oiya, pa. Sebentar lagi Aiela mau ada acara sekolah, papa datang 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...