"KALIAN sedang apa?"
Suara lantang itu sukses menghentikan segala pergerakan dua orang yang tengah membatu bak tertangkap basah. Pria dengan coat hitam yang melekat pada tubuhnya itu mengambil langkah besar guna menghampiri dua orang tersebut yang salah satunya adalah istrinya.
Kedua mata sipitnya kini menajam, mengamati dua orang tersebut secara bergantian.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanyanya lagi dengan lantang.
Sementara laki-laki yang berwajah mirip dengannya itu mulai membuka mulut untuk menjawab, "Kami hanya masak makan malam."
Jiaqi hanya diam. Meski ia sudah menerima jawaban, tapi entah kenapa hatinya tak tenang sebagaimana mestinya. Kali ini hatinya tercondong pada kakaknya, ada sesuatu yang mungkin saja tengah disembunyikan oleh laki-laki itu lewat sorot mata dan bahasa tubuhnya.
"Biar aku saja." Jiaqi mengambil alih posisi Jiacheng. Ia tak peduli seberapa penat tubuhnya, yang jelas ia tak akan membiarkan siapapun mendekati istrinya. Termasuk kakaknya sendiri!
"Kau lebih baik istirahat, lagi pula ini hampir selesai," ucap Allycia yang hendak membantu Jiaqi melepas coatnya.
"Aku tak peduli," tekannya dengan tegas dan menahan tangan Allycia yang hendak membantunya.
Melihat tindakan Jiaqi yang terlalu to the point membuat Jiacheng gundah. Pria itu hanya bisa menunduk dan tutup mulut. Jiacheng memilih untuk merapikan meja makan meski sudut matanya masih memperhatikan Allycia dan juga Jiaqi. Sial! Ia jadi merasa bersalah melihat hubungan Jiaqi dan Allycia menjadi dingin.
Setelah Jiaqi menolak bantuannya, yang bisa Allycia lakukan hanyalah menunduk sambil menyelesaikan kegiatannya yang belum tuntas. Sesekali matanya ikut terpejam ketika dengan sengaja Jiaqi membanting ataupun meletakkan sendok dan pisau secara kasar.
Pria itu sungguh mengerikan saat marah.
Sudah selesai. Allycia meletakkan masakannya itu diatas meja makan. Namun, ketika ia hendak menarik kursi tiba-tiba Jiaqi mencekal pergelangan tangannya dan menariknya dengan sangat kencang untuk mengikuti langkahnya.
"Jiaqi, lepas!" berontaknya disela-sela langkah mereka.
"Kita pulang sekarang!" gertaknya.
Allycia membulatkan matanya, "Tap—Tapi Aiela?"
Jiaqi tak menjawab, pria itu sibuk menarik tangan istrinya untuk dibawanya keluar meninggalkan Jiacheng yang dilanda kebingungan.
"Jiaqi, ada apa?" tanya Allycia lagi ketika keduanya telah sampai di lift. Dada Jiaqi naik turun, napasnya tak beraturan dan matanya memerah.
Masih sama, Jiaqi sama sekali tak berniat menjawab rentetan pertanyaan yang mungkin sudah tertata rapi di kepala Allycia. Mulutnya hanya bisa terbuka, kemudian tertutup lagi tak jadi bicara. Salah sedikit saja, mungkin kepalanya akan hilang, begitulah pikir Allycia.
Pintu lift terbuka, Jiaqi sontak menarik tangan Allycia lagi dan kali ini ia berjalan dua kali lebih cepat dari yang sebelumnya, membuat Allycia sedikit berlarian dibuatnya.
"Jiaqi, pelan-pelan!"
Jiaqi tak menggubris hingga tibalah mereka di parking area. Langkah keduanya terhenti dan Jiaqi membalikkan badannya untuk menghadap Allycia yang diliputi dengan ketakutan.
"Ada ap—"
Cup.
Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Jiaqi sudah lebih dulu menyatukan bibir keduanya. Jiaqi semakin memperdalam ciuman mereka dan ciuman itu kini berubah menjadi lumatan-lumatan kecil. Masih diambang sadar, Allycia segera menyadarkan Jiaqi agar pria itu tidak bertindak terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...
