"MAAFKAN keluargaku, mereka memang sedikit berisik."
Allycia menoleh menatap seseorang yang tiba-tiba berdiri disebelahnya, pria dengan balutan kaos berlengan panjang namun ditekuk sampai siku itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menengadah menikmati semilir angin yang menerpa kulitnya. Saat ini mereka tengah berdiri di balkon kamar Allycia sambil menatap langit gelap yang bertabur sedikit bintang serta menikmati aroma tanah basah setelah turun hujan.
"Tidak masalah. Kamu kenapa ada disini?" ungkap Allycia sambil mengerutkan alisnya.
Jiaqi melirik wanita itu sekilas kemudian kembali menatap langit gelap dihadapannya, "Ini rumahku, salah kah aku menjelajahi rumahku sendiri?"
Allycia terdiam. Bukan itu yang diinginkan Allycia sebagai jawaban, tentu semua orang tahu siapa pria yang kini berdiri disampingnya itu, pemilik rumah ini. Tentu Jiaqi memiliki hak untuk menjelajahi rumahnya, namun apakah dia tidak punya sopan santun ketika masuk kedalam kamar yang sedang ditempati oleh orang lain?
"Udaranya dingin, tidak baik untuk orang yang masih demam, jadi masuklah," tutur Allycia. Jiaqi tidak merespon, pria itu masih bergeming sambil memejamkan matanya merasakan dinginnya angin malam yang menerpa wajahnya, membuat rambutnya itu sedikit bergerak-gerak dibuatnya.
Allycia tersenyum tipis menatap Jiaqi dari samping yang menurutnya begitu... tampan. Kulit putih, hidung mancung, bibir merah dan rambut yang sialnya berantakan itu membuat Allycia meringis setelah merasa terlalu jauh memandang sosok Ma Jiaqi. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau Jiaqi memanglah... tampan.
"Aku tahu aku tampan, jangan dilihati terus atau kamu akan jatuh cinta."
Allycia membulatkan matanya mendapati Jiaqi yang kini sudah menatapnya. Sial sekali, dirinya tertangkap basah dihadapan pria itu, memalukan sekali.
"Apaan sih!"
Sontak Allycia mengalihkan pandangannya ke objek lain. Wanita itu sedikit bersenandung untuk membuang rasa kikuknya didekat Jiaqi. Sementara pria itu masih terlihat tenang dengan mata yang kembali terpejam.
"Kenapa berhenti?" ucap Jiaqi sambil membuka matanya menatap Allycia yang menghentikan senandungnya.
"Memangnya kenapa?"
Jiaqi menggeleng, "Tidak ada apa-apa."
Allycia memutar tubuhnya menghadap kearah Jiaqi, "Tidurlah, Jiaqi. Ini sudah malam dan kamu masih sakit."
Jiaqi berdecak, "Bagi seorang pria pukul sembilan malam itu masih sore. Oh, ayolah! Aku bukan Aiela yang pukul sembilan harus sudah tidur."
Allycia mengulurkan tangannya dan menempelkan punggung tangannya pada kening Jiaqi, masih hangat namun tidak panas.
"Sudah minum obat?" tanya Allycia. Jiaqi menggeleng.
Allycia menghembuskan napasnya kasar, "Hanya sekadar minum obat dengan teratur saja kamu tidak bisa melakukannya?!"
"Oh ayolah Allyss, aku sudah dewasa dan aku tidak butuh obat-obatan yang terlihat kekanak-kanakan itu! Aku bisa sembuh dengan sendirinya!" bantah Jiaqi dengan santainya.
Allycia memutar bola matanya malas, "Yasudah terserah. Sekarang tidurlah, semoga saja kamu tidak membantah lagi kalau aku yang memintamu untuk tidur!"
Jiaqi menaikkan salah satu alisnya, "Kalau aku membantah?" tantangnya. Allycia menghela napas kasar, "Terserah padamu, Ma Jiaqi. Aku ingin tidur, jadi keluarlah!" tukas Allycia yang lelah akan sikap pria dihadapannya itu.
Bukannya pergi, laki-laki itu malah kembali memposisikan tubuhnya menghadap hamparan luas sambil sesekali menghirup kuat-kuat udara sejuk yang menyapa tubuhnya, dingin namun tenang. Allycia hanya mampu diam, memperhatikan pria itu dari samping yang tampaknya masih enggan untuk meninggalkan tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...