"KUMOHON jangan gegabah, Allycia!" teriakan itu sukses membuat Allycia menghentikan langkah. Tubuhnya mematung. Suara derap langkah milik laki-laki itu terdengar semakin dekat, kini laki-laki itu sudah berdiri di sebelahnya.
"Aku akan berusaha untuk membatalkan semuanya. Kumohon bertahanlah untuk beberapa waktu lagi."
Allycia menoleh, "Kenapa seolah-olah kau yang takut aku pergi, Jiacheng? Bahkan Jiaqi saja membiarkan aku pulang hari ini."
"Karena aku paham kalian berdua."
Jiacheng menarik napas kemudian membuangnya dengan kasar, "Jiaqi dan kau itu sama saja. Sama-sama tidak bisa berjuang untuk masing-masing."
"Tapi kau tahu sendiri keadaannya, Ma Jiacheng. Pernikahan itu melibatkan banyak orang, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku bukan orang besar seperti mereka. Lagipula siapa yang mau memandang aku? Aku dan Bianka itu jauh berbeda, berjuang mengalahkannya adalah sebuah ketidakwarasan!"
"Kalau begitu tinggallah untuk beberapa saat lagi disini, aku yang akan melakukannya."
"Melakukan apa?"
"Mengembalikan Jiaqi kepadamu."
- - -
Hari yang tidak pernah Jiaqi tunggu pun akhirnya tiba, dimana ia mengenakan jas putih dengan sebuah bunga yang terpasang indah di saku sebelah kanannya, dan jangan lupakan beberapa orang yang tampak sibuk merapikan penampilannya saat ini.
Jiaqi melangkah bersama beberapa asisten yang ada dibelakangnya. Sebentar lagi mereka akan memasuki gedung utama dimana acara pernikahan itu akan digelar. Jiaqi hanya memasang ekspresi datar, pikiran serta hatinya telah kacau.
Jiaqi menatap lurus kedepan, tatapannya kosong. Penyesalan kian menggerogoti dirinya ketika gedung utama itu sudah terlihat di depan mata. Sebentar lagi, ia dan Bianka akan menjadi satu dihadapan Tuhan. Ah entahlah, Jiaqi pasrah saja sekarang. Lagipula pria dibolehkan menikah dua kali 'kan? Begitulah pikirnya.
Pintu besar berbahan marmer itu terbuka, membuat atensi para tamu tertuju kearahnya yang berjalan diatas karpet merah. Jiaqi tak peduli pada cuitan para gadis yang kagum akan ketampanannya, bahkan ada juga yang mengambil fotonya secara diam-diam seperti paparazi. Selangkah demi selangkah, dan berhentilah ia diatas mimbar, berhadapan dengan Pendeta.
Kini Jiaqi berdiri sendirian, kepalanya tertunduk tak minat menatap semua objek yang ada disekitarnya. Dalam diam Jiaqi menutup mata dan melipat tangan, lantas ia berdoa.
Entah apa yang laki-laki itu utarakan, doanya terlalu khusuk sampai ia tidak sadar bahwa kini Bianka sudah berdiri disebelahnya. Bianka hanya melirik Jiaqi sekilas, sebenarnya ia sedikit kecewa karena pada umumnya mempelai pria akan menyambut mempelai wanita dengan sangat lembut, tapi hari ini ia datang ditempat ini sendirian, tanpa sambutan pula.
'Hahaha... memang apa yang bisa aku harapkan dari pernikahan ini?" batin Bianka.
Dan ketika Jiaqi membuka mata, objek pertama yang menyita perhatiannya adalah seorang wanita yang berdiri disebelahnya dengan gaun putih, ia menoleh memperhatikan Bianka yang juga menoleh kearahnya, tiba-tiba keduanya merasa canggung sampai kemudian Bianka tersenyum tipis untuk menyapanya. Jiaqi membalasnya, diperhatikannya wanita itu dengan seksama, dari bawah hingga atas ia perhatikan sampai ia menyadari bahwa Bianka hari ini sangat berbeda. Ya, berbeda! Bianka yang ia kenal sangat narsis hari ini berubah menjadi sosok yang anggun dan pendiam. Ah sial, tiba-tiba ia teringat pada Allycia!
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...