ALLYCIA menggenggam erat dokumen yang ada di tangannya, meskipun ada banyak barang yang harus ia kemas sekarang, tapi otaknya itu sama sekali tak bisa diajak kompromi. Ia ingin fokus memasukkan barang-barangnya itu ke dalam kardus, memeriksa barang-barangnya agar tidak tertinggal satupun, akan tetapi perkataan Dean tadi pagi sangat mengganggu konsentrasinya.
Akankah ia harus mengatakan pada Jiaqi bahwa dirinya adalah seorang mantan baomihua? Ah, bukan mantan. Bahkan sekarangpun ia masih mengaggumi sosok idolnya itu meski dengan cara yang berbeda.
Selama ini Allycia berusaha untuk tidak jatuh cinta pada Ma Jiaqi, tapi nyatanya tidak bertemu dengan laki-laki itu untuk beberapa hari saja mampu membuatnya sakit kepala. Mungkin waktu itu ia berhasil mengabaikan Ma Jiaqi karena rasa bencinya yang mendalam pada laki-laki itu, tapi sekarang semuanya berubah. Setelah ia tahu kronologi dari permasalahan itu justru ia merasa tak tega. Dibalik munculnya berita negatif mengenai laki-laki itu, ada sosok Ma Jiaqi yang berusaha tegar menjalani hidup barunya. Ya, tentu saja hidup tanpa menyanyi yang sudah menjadi kesukaannya sejak kecil.
"Allys?"
Allycia terkesiap, ia menoleh menatap seseorang yang baru saja menyebut namanya.
Deg!
Dia adalah Ma Jiaqi.
Allycia tak tahan untuk tersenyum, suasana hatinya langsung membaik kala melihat pria ber-jas putih itu menatapnya dengan tatatan datarnya yang menyebalkan. Tapi untuk saat ini, tidak ada kata menyebalkan untuk mendeskripsikan laki-laki itu, karena ia sangat merindukannya.
Allycia terkejut dan melangkah mundur tatkala Jiaqi mulai mendekatinya. Satu sampai dua langkah yang bertahap, laki-laki itu semakin mendekati Allycia yang bergerak mundur. Hingga tiba-tiba tubuh rampingnya itu menghantam pinggiran meja dengan begitu kerasnya. Allycia memekik, kedua alisnya mengkerut menahan rasa sakit yang luar biasa menjalar disekitar pinggangnya kebawah. Ah, sialan. Kenapa kedatangan Jiaqi malah membawa musibah untuknya.
Jiaqi melebarkan kedua matanya, ia terkejut dengan suara hantaman yang begitu keras.
"Astaga, ini pasti sakit." Jiaqi ikut meringis sambil mengusap area yang baru saja terhantam.
Allycia mengangguk, "Ini sakit sekali, akh. Bodoh, harusnya kamu tidak mendekatiku tadi!" Allycia menggigit bibir bawahnya, jika saja Jiaqi tidak ada disini pasti ia sudah menangis kencang.
"Kenapa jadi menyalahkan aku? Aku mendekatimu karena aku ingin melihatmu!" seru Jiaqi dengan keras karena tak mau disalahkan.
"Akh, ini sakit sekali!"
Jiaqi diam sejenak, ia memutar otak mengingat dimana ia meletakkan kotak P3K terakhir kali. Ah, tidak, ia malah tak mengingat apapun. Suara ringisisan Allycia mampu membuatnya sangat panik.
"Ayo keruanganku, biar aku cari obatnya." Jiaqi menarik pergelangan tangan Allycia, tapi wanita itu menolak.
"Jangankan untuk berjalan, bergerak saja rasanya sakit!" protesnya.
Jiaqi menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal, "Yasudah, naik ke punggungku." Jiaqi sedikit berjongkok memberi akses agar Allycia dapat naik keatas punggungnya.
Allycia hanya memandangi punggung lebar Jiaqi, sedikit gila jika dia menuruti kemauan mantan idolnya itu. Bisa-bisa ia menjadi bahan perbincangan para karyawan diluar sana.
"Allys! Kau tidak mendengarku, hah?" gertak Jiaqi yang kesabarannya kian menipis.
Karena Allycia terus-terusan menguji kesabaran serta kepanikannya. Tak ada pilihan lain selain menggendong wanita itu dengan ala bridal dan dibawanya pergi cepat-cepat meninggalkan ruangan sempit itu —ruang sekretaris—
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...
