seventy five ; lost

69 15 27
                                    

MESKI malam semakin larut hal itu tak membuat Allycia merasa kantuk sekalipun, pikirannya masih dihantui oleh hal-hal yang mungkin belum tentu terjadi. Sejak Jiaqi mengutarakan keputusannya untuk pergi ke luar kota sendirian membuatnya merasa khawatir dan cemas bukan main.

Sesekali ia melirik sang suami yang sudah terlelap dalam mimpinya. Pria itu tampak tenang di dalam tidurnya, tapi mengapa raut itu membuat Allycia semakin tak bisa melepas suaminya pergi di esok hari.

Haruskah ia tak tidur agar bisa mencegah suaminya pergi?

"Allys?"

Allycia terperanjat begitu suara serak milik Jiaqi menyebut namanya. Dengan sisa kesadarannya pria itu berusaha menormalkan pandangannya untuk menatap sang istri yang ternyata belum tertidur.

"Kau belum tidur?" tanyanya sembari mendudukkan diri.

"Kau kenapa bangun?"

Jiaqi tak langsung menjawab, kepalanya masih terasa pening akibat kantuk yang masih menyerang.

"Sudah jam segini, kenapa belum tidur?"

Allycia terdiam, ia menunduk sembari memainkan jemarinya diatas paha.

"Tidur, Allys. Kau tidak boleh begadang, nanti kau dan baby boo bisa sakit."

Jiaqi menarik Allycia lembut kearah dekapannya, pria itu memeluk Allycia sembari melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

"Jiaqi," lirih Allycia sembari memainkan kancing piyama suaminya.

"Eumh?"

"Bisakah kau membatalkan perjalananmu besok? Aku ingin pergi kesuatu tempat."

Jiaqi kembali membuka matanya menatap binar mata Allycia, "Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Ini permintaan baby boo."

Jiaqi kembali menutup matanya, "Maaf sayang, aku tidak bisa. Kita pending jalan-jalannya, okay?"

Allycia menggigit bibir bawahnya cemas, sebisa mungkin ia harus bisa menghentikan Jiaqi meski ia sendiri sangat malas untuk keluar rumah.

"Hubby, ayolah! Aku ingin pergi ke suatu tempat besok."

Allycia menatap penuh binar pada Jiaqi yang tengah memejamkan matanya, bahkan kesadaran pria itu mulai tersita oleh hawa kantuknya yang mulai mendominasi.

"Sttt... Jangan berisik, aku mengantuk!" peringat Jiaqi tegas dan semakin mempererat dekapannya. Selang beberapa waktu dengkuran halus pun mulai terdengar dari bibir Jiaqi. Pria itu sudah terlelap.

Perasaan Allycia kian kacau, ia benar-benar takut oleh perasaannya sendiri. Ia ingin membangunkan Jiaqi meyakinkan pria itu, kemudian baru ia bisa hidup tenang. Namun sayangnya, pria itu sama sekali tidak bisa diganggu.

Kini matanya kembali menatap kedua mata Jiaqi yang tengah tertutup, indera penglihatannya tampak menerawang jauh pada sesuatu yang abstrak di dalam sana, menyalurkan ribuan perasaan gundah yang sulit untuk diutarakan.

Hanya ada dua pilihan. Membiarkan Jiaqi pergi besok, atau ia akan terjaga malam ini untuk mencegah kepergian sang suami.

Atau semua akan terjadi dengan begitu fatal.

-  -  -

Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima pagi dan pria disudut sana ternyata tengah bersiap untuk perjalanan jauhnya menuju luar kota. Sang istri yang memang tak tidur semalaman pun mulai menghampirinya.

"Kau pucat sekali, Allys? Apa kau sakit?" tanya Jiaqi sambil menatap pantulan Allycia dari cermin diharapannya.

Allycia hanya tersenyum, menyentuh kedua bahunya dan diarahkan untuk saling berhadapan.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang