forty one ; the secret

138 24 18
                                        

"KAU hanya membuang-buang waktuku saja, Bianka!" omel Jiaqi sambil menginjak pedal gas dengan kencang. Ia ingin mengebut untuk melampiaskan rasa frustasinya. Bagaimana tidak? ternyata Bianka tidak jadi membeli sepatu di toko tersebut. Bukankah itu gila? Jiaqi sudah membuang waktunya secara sia-sia hanya untuk menuruti keinginannya.

"Maafkan aku, Alex." Bianka menunduk.

"Gara-gara kamu kita hampir saja diikuti oleh wartawan!"

"Apa katamu? Kau tidak jadi membeli sepatu?!" Jiaqi mendelik kesal. Kedua tangannya mengepal kuat menahan emosi.

Bianka menggeleng, "Iya, maaf." Bukannya merasa bersalah, wanita itu justru tersenyum membuat kepala Jiaqi mendidih. Andai saja dia adalah seorang pria, pasti Jiaqi sudah menghajarnya sampai hilang ingatan.

Tiba-tiba Bianka menautkan jemari mereka, "Ayo kita pulang," ajaknya dengan suara yang sengaja ia imut-imutkan.

Si pria paruh baya itu tersenyum, "Kekasihmu sangat manja, tuan."

Jiaqi mendelik, "Bukan, dia bukan kekasihku, dia—"

"Aku calon istrinya," sahut Bianka dengan tatapan yang menyiratkan sebuah kebangaan tersendiri, dan hal itu membuat Jiaqi semakin dilanda gempa di seluruh sudut hatinya. Wanita ini benar-benar mengibarkan bendera peperangan padanya.

"Ah, benar. Aku sudah membaca di semua media, bahwa kalian berdua akan segera menikah. Selamat atas pernikahan kalian yang akan datang."

"Terima kasih, tuan." Bianka tersenyum manis begitu pula dengan pria itu. Berbeda dengan Jiaqi yang hanya memasang ekspresi datar.

Cukup lama mereka bercengkrama, hingga akhirnya mereka keluar meninggalkan toko tersebut. Jiaqi sudah berusaha melepas tautan pada jemarinya tapi Bianka malah memperkuat genggamannya.

"Lepaskan aku, Bianka!"

"Tidak akan."

Jiaqi merasa pasrah ketika dirinya berhasil mencuri perhatian orang-orang yang sedang berlalu lalang. Oh, ayolah, Bianka sangat memalukan!

Cekrekk!!

Cekrekk!!

"Hallo selamat siang, wahh... akhirnya kita bisa bertemu. Bolehkah saya bertanya mengenai beberapa hal tentang hubungan kalian?" seorang wartawan mulai mewawancarai keduanya.

Bianka tersenyum lebar, dengan senang hati ia akan menjawab, "Silahkan."

Jiaqi benar-benar tak habis pikir dengan sikap wanita ini. Sangat egois dan menyebalkan. Apa ia lupa bahwa Jiaqi masih memiliki tanggung jawab untuk menggantikan papanya di meeting kali ini? Dasar!

"Aku pulang." Jiaqi ingin melangkah tapi Bianka malah menarik lengannya.

"Jangan terburu-buru."

Jiaqi berdecih, "Kau lupa kalau aku masih memiliki tanggung jawab, hah?"

Bianka mendekatkan bibirnya tepat pada telinga Jiaqi, "Pelankan suaramu, Alex. Mereka tidak boleh tahu tentang kita, bukan? Jangan marah-marah dan tetap profesional."

"Persetan dengan profesional, tanggung jawabku sebagai CEO jauh lebih penting dari pada liputan sampah seperti ini!" tandasnya sebelum ia benar-benar pergi. Bianka yang merasa malu pun akhirnya memilih untuk mengikuti jejak Ma Jiaqi.

"Sekarang turunlah," perintah Jiaqi ketika mobilnya terhenti tepat di depan pintu gerbang mansion milik keluarga Platers.

Bianka tersenyum, "Terima kasih, Alex. Maaf sudah membuatmu kesal hari ini, aku janji tidak akan mengulanginya."

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang