thirty six ; slowly liking you

109 23 28
                                    

"JIAQI tolong aku!" jerit seorang gadis kecil yang sudah diambang hidup atau mati. Pelipisnya yang terus-menerus mengeluarkan darah sama sekali tak terasa sakit saking banyaknya luka yang terdapat pada tubuhnya. Gadis itu berusaha keluar dari kendaraan yang sudah remuk dan badan kendaraan itu telah menjepit tubuhnya.

Hiruk pikuk diluar sana dapat ia rasakan begitu orang-orang mulai berkerumun di dekat kendaraannya.

Bukannya menolong, mereka malah sibuk mengambil gambar dari kecelakaan itu. Bahkan ada juga yang hanya ingin lihat tanpa berniat melihat keadaan seseorang yang ada di dalam kendaraan itu. Hingga saatnya beberapa polisi mulai menggeledah dua kendaraan yang baru saja mengalami tabrakan yang cukup tragis.

Dan disaat itulah, kedua netranya itu perlahan-lahan mulai menggelap dan terpejam. Setelah itu ia tak mengingat apapun lagi.

Rasanya seperti terlahir untuk kedua kalinya di dunia.

"Jiaqi, kau ada dimana? Tolong aku."

Untuk kesekian kalinya Allycia menyebut kalimat itu dengan mata yang masih terpejam. Saat ini ia sedang dalam penanganan dokter secara khusus.

"Dia hanya butuh waktu untuk pemulihan," ucap dokter itu kepada Jiaqi yang menunggu di depan ruangan.

"Kira-kira kapan dia akan bangun?"

Dokter menghela napas, "Kami tidak tahu pasti, yang jelas nona Allycia butuh waktu untuk pemulihan."

"Baiklah, kalau begitu."

"Saya rasa anda tidak perlu bolak-balik kemari, tuan. Kami akan menghubungi anda jika nona Allycia sudah siuman dari masa kritisnya."

Jiaqi hanya mengangguk, "Baik, dok. Saya pamit, saya titip Allycia, ya?"

"Baik, tuan."

Jiaqi pun membalikkan badannya meninggalkan dokter pribadinya yang sengaja ia panggil kemari. Mengandalkan dokter dirumah sakit ini hanya akan membuat emosinya diuji berkali-kali. Jiaqi punya uang dan bebas memilih, bukan?

-  -  -

"Papa!"

Jiaqi menoleh ketika Aiela menyebut namanya, gadis kecil itu berlari untuk menghampirinya.

"Ada apa, Aiela?"

Aiela memeluk salah satu kaki Jiaqi karena tinggi gadis itu hanya sepanjang kaki Jiaqi saja. Jiaqi mengusap lembut surai putrinya, dalam diam ia tersenyum tipis mendengar panggilan itu kembali keluar dari mulut Aiela setelah beberapa hari mogok bicara dengannya.

"Bagaimana dengan keadaan bibi?" Aiela menengadah, menatap papanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Jiaqi berjongkok, mengusap air mata Aiela yang mulai berjatuhan dari sudut mata bulatnya itu, "Tenang sayang, kata dokter bibi baik-baik saja. Bibi hanya butuh waktu untuk pemulihan."

"Aiela ingin ketemu bibi."

"Nanti ya? Kalau dokter sudah mengizinkan kita menemuinya." Jiaqi mengusap surai putrinya dengan sangat lembut.

Tuan Ma yang sejak tadi hanya memperhatikan mereka pun kini mulai menghampiri keduanya. Entahlah, ekspresinya terlihat begitu khawatir, seolah ada rasa kasihan yang tersemat dihatinya terhadap gadis malang itu. Mau bagaimanapun ia tetap tak tega melihat gadis yang ia buat terluka parah itu harus menanggung dampaknya hingga saat ini. Jujur saja, ia juga merutuki dirinya sendiri atas kecerobohannya.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang