thirty four ; hope to have you

110 22 38
                                    

SUDAH hampir memakan sepuluh menit pria paruh baya itu berjalan mondar-mandir sambil menopang tangannya untuk mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada dagunya. Pria itu tampaknya sedang dilanda sebuah rasa ketakutan serta kekhawatiran. Lihat saja ekspresinya, dia tampak bingung dan frustasi.

"Bisakah papa duduk dan menceritakan semuanya padaku? Kepalaku pusing lihat papa mondar-mandir dari tadi!" tegur Jiacheng yang tak betah melihat papanya itu berjalan mondar-mandir dihadapannya.

Tuan Ma pun mengikuti ucapan Jiacheng, ia menatap Jiacheng dengan tatapan pasrah yang selama ini tak pernah ia tunjukkan pada siapapun, termasuk istrinya. Karena di dunia ini tidak boleh ada satupun yang tahu sisi terlemahnya, dan hari ini semua itu ia abaikan karena ia berada di ujung tanduk.

"Ini semua mengenai insiden tabrak lari waktu itu."

Jiacheng menoleh, mengalihkan atensinya dari laptop menuju papanya, "Apa? Sudahlah, pa. Kasus itu sudah ditutup lama sekali, lagipula untuk apa papa khawatir, toh, tidak ada bukti kalau pelakunya itu papa."

Tuan Ma mengigit bibir bawahnya, "Bagaimana aku tidak khawatir kalau adikmu itu sekarang sedang memproses kasus ini. Aku memiliki feeling bahwa Jiaqi akan membuka kasus itu lagi dan mencari pelakunya."

Jiacheng mengesah, "Astaga, untuk apa dia membuka kasus itu lagi. Tidak ada gunanya juga."

"Dia membuka kasus itu karena dia sudah menemukan Allycia-nya."

Deg!

"APA?!" Jiacheng terkejut. Ia menilik raut papanya yang tak menyembunyikan kebohongan sedikit pun.

"Itu artinya—"

"Ya!" sahut tuan Ma tegas, "Itu artinya posisiku sangat tidak aman!" Tuan Ma mengacak surainya yang mulai memutih dengan kasar.

"Jangan bilang sahabatnya itu adalah...."

"Iya, dia adalah Allycia yang sedang bersamanya. Aku tidak menyangka kalau dunia ini sangat sempit sekali. Aku kira kita tidak akan bertemu lagi dengannya, tapi takdir berkata lain."

Jiacheng berpikir keras sembari memijat pelipisnya yang tiba-tiba pening, "Perusahaan masih butuh papa. Jujur, aku tidak bisa menghandle semuanya sendirian tanpa papa."

"Perusahaan kita juga sedang naik daun, tidak mungkin 'kan hanya gara-gara kasus itu nama perusahaan kita jadi jatuh? Keuangan diperusahaan kita juga belum stabil. Em, maksudku hampir stabil," lanjutnya.

Tuan Ma menyandarkan kepalanya pada kepala sofa, "Kita harus hentikan Jiaqi—"

"Menghentikan aku untuk apa?"

Baik tuan Ma maupun Ma Jiacheng, mereka sama-sama terlonjak begitu sang pemilik rumah datang secara tiba-tiba. Pria dengan balutan tuxedo hitam itu melangkah mendekati papa serta kakak kembarnya yang menatapnya takut-takut. Matanya menatap datar keduanya sambil sesekali meneliti sesuatu yang tersembunyi dari gerak-gerik ekspresi mereka.

"Kalian berdua sedang membicarakan aku?" ucapnya sembari mendudukkan diri di single sofa.

Jiacheng mengembuskan napasnya dan bersikap se-rileks mungkin. Oh ayolah, jangan lupakan bahwa Ma Jiaqi adalah seorang laki-laki yang sangat teliti. Selain itu dia juga tanggap akan gerak-gerik seseorang, mungkin hal itu yang dikhawatirkan oleh banyak orang ketika mencoba untuk berbohong dihadapan Ma Jiaqi. Pria itu memiliki mata setajam phantera.

"Jiaqi, aku dengar kamu sedang membuka kasus tabrak lari yang dialami oleh sahabatmu, right?"

Jiaqi mengernyit, "Gege tahu dari mana?"

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang