sixty three ; big thing

96 14 16
                                        

WAKTU terus berjalan ditengah-tengah malam yang mulai larut. Jarum panjang kini menunjuk pada angka dua belas yang mana hari telah berganti namun pria dua puluh lima tahun itu masih saja terjaga dari tidurnya.

Entahlah, mendadak ia diserang oleh insomnia. Matanya sama sekali tidak mengantuk meski istri cantiknya sudah terlelap lima jam yang lalu.

Ditengah-tengah kesibukannya check out mobil, tiba-tiba sebuah telepon masuk memenuhi layar ponselnya. Pria itu sedikit kesal karena ia merasa terganggu, tapi karena itu telepon dari asistennya tanpa pikir panjang ia segera menggeser icon hijau yang ada disana.

"Ada apa, Dean?" ucap pria itu setelah menempelkan layar ponselnya pada telinga.

"Maaf sudah mengganggu waktu anda, sir. Sebenarnya saya tidak berniat menelpon, tapi karena status anda sedang online saya memutuskan untuk menelpon anda."

"Apa kau rindu padaku?"

Tidak. Jiaqi tidak sedang bercanda. Rautnya memancarkan keseriusan tapi yang diseberang sana hampir saja mengumpat karena bosnya itu tiba-tiba jadi narsis. Apakah Bos Ma sudah salah pergaulan? Begitulah batin Dean.

"Ehkremm, lebih tepatnya saya ingin  bertanya."

"Tentang?"

"Tentang file-file yang berisikan dokumen meeting dengan tuan Hans."

"Oh, maaf. Aku lupa memberi tahumu kalau aku menitipkannya pada Lao Ge. Kau minta saja padanya."

Pria diseberang sana hanya mampu mengangguk, "Baiklah, sir. Saya akan ambil sekarang——"

"Tunggu dulu, by the way bagaimana dengan kasusnya, apakah kau sudah menemukan sebuah petunjuk?"

Seseorang diseberang sana tampak terdiam sebentar, sampai di detik berikutnya ia mulai membuka suara.

"We do apologize, sir. Kami belum juga menemukan petunjuk untuk kasus itu. Tapi kami akan tetap berusaha."

Jiaqi sudah menduganya. Kasus itu sudah lama ditutup dan memang susah sekali melacaknya di dalam internet.

"Saya rasa, ada pihak yang memang sengaja menutupi kasus ini, sir. Tapi anda tenang saja, karena tim intelejen kita tak kalah cerdik dari mereka."

Rasa percaya diri Jiaqi kini mulai kembali, "Kau benar, apapun caranya pasti kita akan mendapat jawabannya."

"Yups, baiklah kalau begitu. Saya tutup sambungan teleponnya."

"Well, nikmati waktu kalian berdua. Maaf sudah mengganggu dan jangan lupa buatkan aku satu bos kecil lagi yang menggemaskan, hahaha...," imbuh Dean diselingi oleh gelak tawa yang lantang.

DAMN!!! Jiaqi hampir saja tersedak oleh ludahnya sendiri akibat ucapan Dean yang diselingi oleh gelak tawa yang mengejek. Memang asisten sialan! Dimana-mana tidak ada sejarahnya seorang asisten meledek bosnya, iya 'kan?

"Diamlah, aku sedang berusaha membuat pekerjaanmu semakin menumpuk," tekan Jiaqi yang membuat gelak tawa Dean semakin keras. Awas saja kau, Dean!

"Jangan pula anda menambah job baru untuk saya sebagai baby sitter, sir."

"Suka-sukaku."

Percakapan itu berlanjut hingga mata Jiaqi tiba-tiba memberat.

"Aku tutup dulu teleponnya, kau bekerja yang rajin dan aku janji sebentar lagi jabatanmu akan naik."

"Sebagai CEO?"

"Kau semakin ngelunjak saja sekarang!" maki Jiaqi yang membuat Dean menepuk mulutnya sendiri.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang