five ; emotion

157 25 39
                                        

SEBUAH kendaraan roda empat berwarna silver itu berhenti tepat di halaman mansion megah, yang jelas bukan milik sembarang orang mengingat letak mansion ini yang jarang sekali didatangi oleh orang awam.

Seorang pria berbalut kemeja navy dengan lengan tergulung itu keluar dari mobilnya bersama putri kecilnya yang mengenakan gaun simple berwarna merah muda. Sepasang ayah-anak itu melangkah menaiki anak tangga yang menghubungkannya pada teras kemudian pintu utama yang pintunya sudah terbuka setengah.

Pria itu adalah Jiaqi, Ma Jiaqi lebih tepatnya. Belum sempat ia mengetuk pintu, seorang wanita yang sempat ia temui tadi siang itu sudah lebih dulu menghampirinya. Sepertinya wanita itu benar-benar menunggu kehadirannya.

Jiaqi membungkuk sopan, wanita itu memberi kode kepadanya untuk segera masuk tanpa harus mengeluarkan sepatah katapun. Lantas, Jiaqi maupun Aiela melangkah masuk menuju ruang tengah dan terduduk di kursi meja makan yang sudah diisi oleh Tuan ataupun Nyonya dirumah ini. Oh ya, jangan lupakan wanita tua itu, orang tua dari Tuan dirumah ini, biasanya Jiaqi memanggilnya dengan sebutan 'Nenek'.

Jiaqi masih diam melihat sambutan yang sangat tidak mengenakkan dihadapannya. Hanya ekspresi datar yang Jiaqi temukan disini.

"Papa, Aiela mau pulang, "bisik Aiela namun terdengar sangat jelas ditelinga mereka semua.

Jiaqi memberi isyarat agar putrinya itu diam, "Kita baru saja datang," jawab Jiaqi dengan suara perlahan.

"Kamu tidak pernah mengajari putrimu dengan baik, ya? Ini rumah neneknya sendiri tapi dia merasa tidak nyaman!" sarkas wanita itu. Jiaqi mendongak, "Maaf, tapi Aiela memang seperti ini, dia tidak terbiasa dengan tempat yang belum pernah dia datangi."

"Cih," wanita itu berdecih, "Bilang saja kalau kamu memang suka memanipulasi Aiela agar dia takut kepada kami, iya kan?"

Jiaqi mengernyit, "Apa maksud mama? Memanipulasi?"

Wanita yang sedang menuangkan jus jeruk pada gelasnya itu sontak terhenti, "Hmm..."

"Untuk apa aku memanipulasi Aiela? Aiela memiliki masalah mental, dia memang belum terbiasa dengan kalian makanya dia sedikit tidak nyaman," kata Jiaqi memperjelas.

Wanita itu memberikan gelas berisi jus jeruk tersebut kepada suaminya, "Tapi sayangnya aku tidak percaya."

"Aku sudah kebal berbicara dengan seorang pembohong," lanjutnya.

Jiaqi terkekeh, "Oh, yasudahlah, terserah mama mau percaya atau tidak."

"Jadi benar kamu berbohong?!" Wanita itu menatap nyalang Jiaqi.

Aiela mendekap lengan Jiaqi dengan erat, gadis itu sedang merasa takut melihat keadaan didepannya yang tidak baik-baik saja. Aiela benci keributan, ia akan menangis ketika merasa terancam. Lihat saja keringat dingin yang membasahi tubuhnya, Aiela benar-benar ingin pergi dari tempat ini.

Jiaqi mengusap lengan Aiela dengan tangan yang satunya. Tidak nyaman sebenarnya, tapi ia harus bersikap baik mengingat bahwa mereka jarang sekali berkumpul.

"Kalau kataku, hobi berbohong itu tidak akan bisa membuat hidupmu tenang, Ma Jiaqi," ujar pria itu sambil menyuapkan sepotong beef kedalam mulutnya.

"Cukup Yingzi saja yang termakan oleh kebohonganmu, jangan pula orang lain kamu bohongi juga," timpal istrinya.

Jiaqi tersenyum miring begitu paham dengan arah bahasan kedua mertuanya itu, "Jadi mama mengundangku hanya untuk menyudutkan aku? begitu? aku sudah meluangkan waktu untuk datang kemari sebagai rasa penghargaan seorang menantu kepada mertuanya, tapi lihatlah sikap mama!"

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang