thirty nine ; do not forget me

101 26 26
                                        

ALLYCIA duduk termenung dibalkon kamarnya sambil menatap ribuan bintang yang bertaburan diatas sana seakan bintang tersebut mampu menghantarkan pesan yang ingin ia sampaikan kepada seseorang, Ma Jiaqi.

Allycia tidak menangis akan hal itu, ia juga tak sedih akan hal itu. Hanya satu yang membuatnya kecewa. Kabar.

Semudah itu kah seorang Ma Jiaqi mengabaikan dirinya setelah menemukan wanita yang akan ia jadikan istri?

Apakah sesayang itu kah dirinya pada sang calon istri sampai tak mau mengirim kabar kepadanya, dan tak meninggalkan sepatah dua patah kata sebagai perpisahan?

Tega sekali.

Sementara ditempat lain, Ma Jiacheng menatap nyalang kedua orang tuanya yang baru saja menyampaikan kabar penting padanya. Kabar penting tapi tak bermutu bagi Jiacheng.

"Apa kata papa? Jiaqi mau menikah? Dia bodoh atau apa?!" gerutunya yang tak mampu membendung rasa jengahnya itu.

"Aku sudah feeling kalau kepergiannya ke London itu menyimpan banyak rahasia, dan ternyata rahasianya adalah ini! Sial!" Jiacheng meraup wajahnya kasar. Dia benar-benar frustasi.

"Papa juga kaget setelah mendengar kabar itu, ini terlalu mendadak dan kita tidak ada persiapan. Bahkan kita tidak tahu seperti apa pengantinnya." Tuan Ma ikut risau atas tindakan putra bungsunya.

"Harusnya aku ikut dia pergi ke London!" Jiacheng lagi-lagi menyalahkan dirinya, ia benar-benar tak habis pikir melihat tindakan ceroboh dari adiknya itu.

Pernikahan bukanlah permainan. Ini adalah acara sakral yang mengikat laki-laki dan perempuan untuk menjadi satu seumur hidup. Dan bodohnya Jiaqi menikah dengan orang yang bahkan tidak dikenali oleh mereka.

Mungkin kenal, tapi hanya sebatas profesinya saja.

"Aku harus kesana!" ucap Jiacheng sambil bangkit dari duduknya, menatap datar semua objek yang ada dihadapannya.

"Untuk apa? Pernikahan digelar disini," sahut nyonya Ma yang ikut bangkit dari duduknya.

Jiacheng melirik ibunya, "Aku tidak bisa diam saja ketika adikku berada di jurang masalah. Saat ini dia sedang melakukan kesalahan besar!"

Tuan Ma mengangguk, "Ya, jika bukan kamu yang mengendalikan dia, maka siapa lagi? Dia terlalu keras kepala."

Nyonya Ma menahan lengan Jiacheng agar laki-laki itu tidak pergi dari tempatnya.

"Kenapa kamu begitu terburu-buru? Jiaqi sudah dewasa, dia bisa memikirkan urusannya sendiri. Kita tidak tahu  apa yang ada di dalam pikirannya, jadi mama mohon biarkan saja dia menikah dengan wanita itu."

Jiacheng menghempaskan tangan sang mama, "Mama ini gimana sih?! Sudah jelas pernikahan ini terjadi tanpa rencana apapun dan tanpa musyawarah apapun! Jiaqi bukanlah laki-laki bodoh yang akan menikah dengan semudah itu. Pasti ada alasan tersembunyi yang membuatnya lemah dan ikut saja seperti ini!"

Jiacheng memalingkan wajahnya, "Aku takut dia ditekan disana."

"Papa setuju padamu, Jiacheng. Kamu harus cepat menghentikan adikmu itu sebelum dia terjerumus kedalam kesalahan yang lebih dalam."

Jiacheng mengangguk paham, "Iya, pa."

Nyonya Ma tampak keberatan dengan kepergian Jiacheng dari ruang keluarga, "Tapi wanita itu lebih baik dari pada Allycia."

Deg!

Sontak kedua kaki Jiacheng yang tadinya melangkah menjadi terhenti. Tuan Ma menatap istrinya tak percaya.

"Honey, apa kamu sadar sudah berbicara seperti itu?"

Nyonya Ma menunduk, "Aku masih bisa setuju dengan pernikahan ini, karena itu bisa menyingkirkan Allycia dari hidup Jiaqi." Wanita itu semakin dalam menunduk, dengan suara parau ia terus meracau bahwa Bianka Dorota adalah wanita yang terbaik untuk Jiaqi.

you and my time  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang