SECERCAH cahaya matahari pagi berhasil menembus kaca besar yang menjadi dinding dari sebuah kamar yang ditempat oleh seorang wanita cantik yang kini tengah menggeliat. Wanita itu mengejap-erjapkan matanya tatkala cahaya matahari telah berhasil menembus kelopak matanya dan menganggu acara tidur nyenyaknya. Dalam hati ia menggerutu, siapa yang sudah berani membangunkannya di jam pagi seperti ini? Padahal ia ingin tidur lebih lama lagi. Ia memicingkan mata guna mengamati seseorang yang menjadi pelaku dari kegiatan bangun paginya ini.
Seseorang itu berdiri membelakanginya seraya sibuk membuka gorden tebal yang tadinya berfungsi untuk menghalau sinar matahari.
Setelah indera penglihatannya berfungsi, wanita itu tersenyum.
"Jiaqi."
Si pemilik nama itu membalikkan badan, pria itu juga mengulum senyum.
"Good morning."
Entah ini mimpi atau kenyataan, rasanya menyenangkan sekali menjadikan Ma Jiaqi sebagai orang pertama yang ia tatap ketika bangun tidur. Seketika rasa kesal yang ia curahkan pada buku diarynya semalam menghilang.
"Kamu kok ada disini?" tanya Allycia penasaran. Pasalnya pria itu merupakan pria paling sibuk di dunia dengan segala pekerjaan yang menumpuk bagaikan tugas-tugas anak sekolah di masa pandemi. Dan anehnya, dia malah berada dikamarnya dengan pakaian yang sangat santai. Hanya t-shirt dan sweet pants.
"Memangnya ada yang salah aku ada disini?" gumam Jiaqi.
Allycia menggeleng, "Enggak kok, aku cuma penasaran kamu ada disini dijam yang biasanya membuatmu sibuk."
Jiaqi tertawa ringan sembari melangkah mendekati Allycia.
"Hari ini aku tidak terlalu sibuk. Seperti kata Aiela, aku harus menggunakan waktuku untuk healing. Jadi aku melakukannya."
"Iya, Aiela benar. Harusnya kau healing dikamarmu, bukan ada disini."
"Justru itu, aku kesini karena aku ingin healing." Jiaqi menyeringai dan membuat Allycia langsung mengalihkan tatapannya.
Jiaqi menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, "Allys."
"Iya?" Allycia kembali menatap kedua bola mata Jiaqi.
"Apa kamu punya idola yang kamu sayangi?"
Allycia terdiam seketika, bibirnya kaku untuk berbicara, "Kenapa tiba-tiba kau menanyakan itu?"
Jiaqi menggeleng, "Tidak, aku baru saja kepikiran mengenai idol karena tadi aku menonton acara K-POP di televisi."
"Eum... Aku punya. Kenapa memangnya?"
"Apa kamu menyukai dia? Sampai kamu berharap suatu hari nanti idolamu itu akan menjadi suamimu?" goda Jiaqi sambil tersenyum geli. Lebih tepatnya dia bergidik ngeri atas pertanyaan tak berbobotnya itu. Sangat menjijikkan menurutnya.
Allycia menatap Jiaqi kesal, "Kenapa tiba-tiba tanya itu?!"
"Ada beberapa pegawai di kantorku yang berbicara seolah-olah idolnya itu akan menjadi suaminya. Mereka terlalu percaya diri, padahal itu tidak masuk akal. Aku rasa semua fangirl akan bersikap seperti itu, iya kan?"
Allycia mengangguk, "Waktu itu aku masih remaja, aku tidak pernah memiliki kekasih karena aku terlalu mencintainya. Semua laki-laki disekolahku akan kutolak demi mempertahankan idolku itu. Eh gak tahunya, idolku punya simpanan dibalik layar ^^"
JEGLARZZZZ...
Jiaqi mengatupkan bibirnya.
"Waktu itu aku kecewa berat, bahkan aku sampai menghina dan menyumpahi pacar idolku itu agar cepat mati, dan mati betulan. Aku merasa bersalah sekali akan semua itu. Harusnya aku tidak mengeluarkan sumpah serapah."
KAMU SEDANG MEMBACA
you and my time
Fanfiction❝you're my dream come true.❞ takdir telah mempertemukanku dengan seorang gadis kecil yang memiliki alis, mata, hidung, bibir, bahkan senyuman yang sama dengannya. hampir delapan tahun aku hidup tanpa sosok idola yang aku jadikan sebagai panutan, nam...
