JOKOWI; PRESIDEN YANG LEBIH JENIUS DARI PADA KEBANYAKAN RAKYATNYA SENDIRI

74 7 0
                                    

Orang yang awalnya bukan siapa-siapa, yang begitu sangat kontradiktif, akhir-akhir ini sangat kontroversial, dianggap semi dikator, dibenci dan diolok-olok oleh luar biasa banyak orang, dianggap berwajah kampung, tak pandai berdebat, plin plan, dicemooh sebagai presiden bodoh, dan seringkali tak dianggap oleh sebagian rakyatnya sendiri.

Terlalu sering dijadikan lelucon oleh beberapa orang yang menyebutnya dirinya intelektual, semacam Rocky Gerung dan lainnya. Tapi, anehnya, tak ada orang yang bisa menurunkan dirinya. Tak ada yang berani menggulingkannya. Dan ia, Jokowi, masih kokoh bertahan di puncak kekuasaan dalam segala kontradiksi yang dimiliknya.

Bahkan, ada yang mendukung dan menginginkannya untuk memperpanjang jabatannya. Lucunya, beberapa orang yang menganggap diri sebagai rakyat pintar dan suka mencaci maki. Mereka ketakutan dan bersembunyi mencari aman sehingga tak menyelesaikan masalah apa pun.

Jokowi adalah jenius. Jenius dalam beberapa hal yang ia bisa lakukan.

Saat seorang semacam Kishore Mahbubani menganggap Jokowi adalah presiden yang jenius. Banyak orang menertawakannya. Beberapa orang mengeluarkan data terbaru mengenai hal-hal yang memberatkan klaim Mahbubani terhadap Jokowi. Tapi, yang menjadikan Jokowi sangat jenius menurut pandanganku adalah bagaimana ia mampu mempertahankan kekuasaan dan masih meraih begitu banyak dukungan.

Hal ini menjadi menarik karena begitu banyak orang, rakyat yang ia pimpin, menganggap diri mereka adalah orang-orang pintar, paling tahu politik, lebih paham mengenai negara ini, dan mereka bisa dengan enteng mencaci maki dan meremehkan presiden mereka sendiri.

Sayangnya, presiden yang mereka caci itu, bertahan dengan kuat, masih didukung banyak pihak, dan mampu menjadi presiden dalam dua periode kepemimpinan. Sialnya lagi, banyak orang yang kecewa hari ini merasa tertipu oleh presiden yang mereka benci.  Tidakkah itu menunjukkan, jika Jokowi jauh lebih pandai dan lihai dari kebanyakan orang?

Sedangkan orang-orang yang mengatakan dirinya pembela kemanusiaan dan segenap orang pintar lainnya. Bahkan sekedar masuk kekuasaan saja tidak mampu. Melawan penegak hukum saja kewalahan. Memerangi koruptor saja tak becus. Dan hanya mempertahankan diri saja dari hukum yang berat sebelah sudah sangat cemas dan takut.

Mempertahankan kekuasaan yang begitu lama dan kokoh adalah salah satu jenis kejeniusan tersendiri. Apalagi, di tengah mayoritas rakyat yang sok tahu, merasa paling benar, merasa paling pintar dan paling mampu. Kenyataannya, nyaris kalah total dalam banyak hal.

Tidak hanya gagal dalam menilai para pemimpin yang mereka pilih. Tidak mampu berpikir panjang beberapa puluh tahun ke depan. Tak mau bertanggung jawab atas kesalahanan memilih calon politik yang diusung. Mereka juga tak bisa melakukan apa-apa, saat pempinpin mereka mengeluarkan kebijakan yang tak merasa sukai dan mereka benci. Hanya satu dua yang bisa digugat dan dibatalkan. Sisanya, menjadi kebijakan yang diakui dan beberapa lainnya dipaksakan dan diterabas dengan begitu enaknya. Seolah-olah rakyat itu tak ada. Rakyat dan orang-orang yang menganggap dirinya jauh lebih pintar dan paham negara ini, terasa tak ada sama sekali.

Orang-orang yang merasa pintar tapi kalah, salam mata kekuasaan, itu sejenis kebodohan tersendiri. Orang-orang pintar dan sok tahu yang tak berbuat apa-apa adalah salah satu jenis kebodohan paling tinggi dalam hidup bernegara.

Dan mayoritas rakyat Indonesia, dengan segenap orang awam dan para intelektualnya, ternyata jauh lebih bodoh dari pada para pemimpin yang mereka benci. Baik itu kepala daerah, pemimpin partai, anggota dewan, penegak hukum, para menteri dan presiden itu sendiri.

Saat koruptor begitu mudahnya diberi kemudahan hukuman dan ratusan juta orang hanya bisa menghujat dan menonton saja. Itu sudah menandakan suatu kebodohan bersama yang diderita oleh rakyat. Suatu jenis ketidakmampuan dan kekalahan yang menyedihkan. Apalagi, jika kebijakan besar yang dikeluarkan dianggap merugikan dan masih berjalan mulus tanpa bisa dicegah. Itu sudah sangat jelas, bahwa orang banyak, yang jumlahnya ratusan juta jiwa itu, jauh lebih bodoh dan tak berguna dari pada para pemimpin yang mereka benci dan tak sukai.

Tidakkah kita harus berani mengakui, bahwa Jokowi adalah sosok yang jenius? Tidak hanya untuk dirinya sendiri. Keluarga besarnya. Tapi juga, kemampuan ia dalam mendapatkan sokongan, dukungan, dan bisa membuat rakyat kebanyakan, nyaris tak mampu melakukan apa-apa.

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang