KOKOK AYAM

121 4 0
                                    

Di sebuah kota di pagi yang dingin. Saat fajar pertama belum sempat membuka dirinya sendiri. Suara kokok ayam yang bersahut-sahutan mengesankan sebuah dunia yang nyaris hilang. Dunia yang tak hanya ada suara mesin yang mengekor jalanan dan pengeras suara yang tak hentinya meraung memanggil-manggil. Tapi ada kehidupan lainnya. Seperti para burung yang biasanya bercicit menyambut pagi dan tentunya kokok ayam, yang begitu merindukan. Sebuah dunia yang sedikit orang perkotaan bisa merasakannya.

Mendengarkan kokok ayam di tengah perkotaan semacam ini seharusnya adalah hal langka yang tak akan terjadi di kota besar mana pun. Tapi saat ini, aku hidup di sebuah kota kecil tradisional yang masih menganggap ayam jago dan lainnya sebagai piaraan yang hampir dimiliki oleh semua laki-laki tua di Jawa.

Tentunya, saat ini, aku mendengarkan tidak hanya kokok ayam jago yang begitu indah. Tapi juga cicit para anakan dan betina yang begitu riuh dan terasa riang.

Di kota selain Jogja, kehidupan perkotaan yang lebih besar mungkin menganggap suara kokok ayam menimbulkan kesan tradisional, kampung, atau hal yang memalukan. Tapi kenapa harus seperti? Apakah tanpa adanya suara kehidupan lainnya adalah bukti bahwa begitulah kota?

Jika kita memang hanya sekedar mendengar suara mesin, detak jam digital, semua peralatan elektronik dan klakson saja. Maka, aku rasa, itu adalah kehidupan kota yang begitu kering. Kehidupan kota yang tak bisa menikmati kehidupan lainnya.

Di sini, di pagi hari yang menuju cahaya matahari yang pertama. Suara kokok ayam terdengar begitu riuh dan menyenangkan. Sebuah tanda bahwa hari sudah pagi tanpa aku perlu menengok jam dan menandai waktu untuk bangun.

Mungkin, yang kurang dari kota ini adalah cicit suara para burung liar. Bukan burung-burung yang dikurung di sangkar mereka. Tapi setidaknya, pagi dengan suara kokok ayam yang masuk ke kamarku adalah pagi yang indah dan merindukan. Pagi yang tak bisa aku temui di kota besar lainnya. Yang mana, banyak orang bangun setiap hari hanya dengan mesin dan mesin saja.

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang