Bipolar,
salah satu gangguan jiwa yang susah disembuhkan. Terlebih ditangani. Dan tentunya, sering membuat jengkel siapa pun. Oh ya, hidup dengan pemilik bipolar, luar biasa tak mudah. Itu jelas. Terlebih biaya seorang penderita bipolar saja, sama dengan penyakit jantung atau kanker. Itu berarti sangat mahal. Menguras pikiran, tubuh, jiwa tentunya, ah, kantong harus selalu gemuk untuk tetap membuat pengidap gangguan jiwa jenis ini terus dalam keadaan cukup aman dan tak banyak goncangan.Bipolar, salah satu gangguan jiwa dengan pengobatan yang sangat mahal.
Beberapa penderita bipolar ada yang ingin membunuh kedua orang tuanya. Ada yang mengalami keadaan kehilangan kesadaran dan lumpuh. Menyakiti diri sendiri. Bunuh diri. Ya, bunuh diri termasuk yang paling banyak. Jika kamu termasuk yang bosan hidup. Berdoalah memiliki bipolar! Dan yang lainnya, ingin membunuh sebanyak mungkin orang. Dan aku salah satu ahli waris para diktator. Mungkin. Peduli amat.
Sial, aku sudah lelah juga. Apakah ada orang di luar sana yang mau menolongku? Oh, tak ada jawaban. Baiklah, bunuh diri atau membunuh sebanyak mungkin orang? Atau terkatung-katung mirip orang bodoh yang terus-menerus meminta belas kasihan orang lain? Hmm..
Dan, kasihan betul penderita bipolar lainnya. Kasihan betul, kalian yang memiliki bipolar tapi tak mampu mengenali diri sendiri. Uh, itu pasti sangat berat. Berat di orang tua, berat di keluarga, berat di lingkup sosial, masyarakat, pekerjaan, dan anak-anak. Jika sudah berkeluarga. Dan kasihan sekali, jika pasangan tak mengerti dirimu. Kasihan. Sangat kasihan. Jadi, tak akan ada siapa-siapa yang bisa menenangkanmu di saat puncak kebosanan hidup. Di mana segala cara sudah dilakukan dan gagal. Oh, harusnya, di negara ini, bunuh diri dilegalkan. Itu akan sangat menyenangkan bagi kita!
Orang miskin yang tak banyak uang, dan tak dimengerti, otaknya aneh, dan sakit-sakitan, kasihan betul dia. Tak ada bedanya dengan tanpa harapan. Seluruh masa depan tertutup. Apakah mengejutkan? Ah, biasa saja. Hasilnya akhirnya paling jiwa melayang atau hidup terpuruk. Orang semacam itu, dengan bipolar didirinya, masih bisa hidup, anggap saja sejenis dewa antah berantah.
Dan sangat luar biasa jika masih bekerja, berkarya, bersosialiasi, dan lainnya. Waah, itu sudah melebihi dari dewa. Ah, sayangnya, kesakitan dan penderitaan itu, yah, tak akan berakhir.
□
Penderitaan dan kesakitan penderita bipolar yang sesungguhnya, sangat mengerikan. Tak usah dibayangkan. Itu sangat mengerikan. Anggap saja kamu depresi seumur hidup. Baik ringan maupun berat. Atau, siapa yang bisa tahan dengan keadaan muram, depresi selama lebih dari satu tahun? Oh, itu belum cukup. Penderita bipolar setiap harinya cemas, menggigil terkadang, malas, lemas lesu, sensitif, emosinya naik turun, mudah marah di saat kambuh, dan, yah, memiliki gairah merusak dan bunuh diri terlampau kuat dan sering. Tak heran, banyak pengidap bipolar melakukan bunuh diri dengan sukses. Dan gejala psikosomatis, yang bisa nyeri punggung sampai kelumpuhan beberapa anggota atau seluruh badan. Mengagumkan bukan bipolar ini?
Dan yang masih bisa bertahan dengannya, anggap saja sejenis iblis atau tuhan.
Banyak orang mengaku bipolar. Wah, jenis gangguan jiwa berlatar mood atau emosi bermacam-macam. Dan hampir mirip. Untuk yang mengaku bipolar, dan sedikit memiliki gejala asli bipolar. Untuk saat ini, abaikah saja dulu. Aku ingin berbicara dengan bipolar asli. Entah tipe condong ke depresi atau luapan semangat yang berlebih. Dua-duanya bahaya. Mengacaukan banyak hal di dalam kehidupan.
Dan sialnya, hanya seorang pengidap bipolarlah yang mengerti kesakitan pengidap bipolar lainnya. Sementara orang lain yang tak memiliki. Mau dikasih tahu sebanyak apa pun, mereka tetap tak akan mengerti dan tak bisa merasakan. Jika ada orang yang menganggap enteng bipolar kita. Yah, kita bisa melempar orang itu dengan perabotan dapur atau kita masukkan saja dia ke lubang kepiting. Solusi mudah. Karena akan sangat menyebalkan, memberi penjelasan berbusa-bisa ke seseorang yang berpura-pura peduli. Empati, adalah hal langka di negara ini. Dan sekedar empati untuk kita, yah, maaf, tak cukup. Tidakkah ini gangguan jiwa tipe menyebalkan jika menyoal lingkup sosial?
Karena pengidap bipolar bisa kambuh kapan saja atau melewati masa panjang kesuraman dan kesakitan-kesakitan lainnya. Mereka bisa tak peduli seseorang. Mengabaikan janji. Tak menepati membayar hutang. Gagal pergi ke pesta ulang tahun, pernikahan atau sekedar duduk santai di kelas. Mereka tak akan lagi peduli dengan urusan dunia sekitar. Di saat seperti itu, pusat dunia mereka hanyalah terpaku agar keluar dari masa paling kejam itu. Dan sayangnya, tak banyak orang mengerti kondisi semacam ini. Terus menuntut para pengidap bipolar tanpa memberi pengertian dan dukungan. Jelas, akan membuat, kita, lebih suka diam, kembali ke diri sendiri. Persetan dengan orang-orang. Dan merasa ditinggalkan.
Oh ya, kesembuhan bipolar, artinya seperti ini. Hanya sekedar masa stabil dari goncangan-goncangan yang parah. Masih bisa beraktivitas dalam lingkup sosial, pekerjaan, dan lainnya. Walau begitu, kesembuhan itu, bukan berarti sembuh total. Bipolar tak pernah hilang. Oh, astaga, bipolar adalah gangguan jiwa seumur hidup! Kesembuhan berarti setiap hari hanya ada kecemasan ringan. Depresi ringan. Luapan emosi yang bersemangat yang biasa saja. Dan segala jenis hal ringan lainnya. Sejujurnya, pada dasarnya, tak ringan sama sekali. Yah, sayangnya. Ibarat perempuan sedang menstruasi. Itulah fase ringan dari bipolar. Fase kesembuhan. Kalau dipandang dari sudut awam, sama saja bukan? Menstruasi seumur hidup. Fase sembuh pun, terasa konyol. Setidaknya, masih bisa hidup.
Dan, banyak yang tak menerima, salah satu dalam anggota keluarga menderita gangguan jenis ini. Sudah didepak keluarga. Didepak teman. Didepak kekasih. Didepak dari semua hal. Kasihan benar. Jika pun ada anggota keluarga yang berempati dan membantu. Jelas sangat tak mudah. Dan bisa-bisa ikut terkena depresi dan rasa sakit berkepanjangan.
Menyembuhkan seorang bipolar bisa berakibat mendapatkan rasa sakit dan beban mental luar biasa. Oh tidak! Betapa menyusahkannya!
□
Aku selalu berpikir, mungkin lebih baik menyerah.
Ah, aku sudah berkali-kali memikirkan caranya; mati karena penyakit. Mati ditabrak mobil. Mati dibunuh di jalan. Mati melemparkan diri ke jurang. Menenggelamkan diri di laut. Ah, tapi kalau dipikir-pikir, mati semacam itu kurang keren. Bagaimana kalau mati sehabis membunuh sebanyak mungkin pejabat korup? Waah, itu baru lumayan.Entahlah. Aku sudah tak mampu lagi berpikir jalan keluarnya. Dan rasa-rasanya, akhir-akhir ini, aku ingin tidur sangat panjang. Sangat panjang. Melupakan banyak hal. Dan menganggap diri tak pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESAI-ESAI KESEHARIAN
Randomaku ingin berbicara tentang keseharian kita sebagai manusia. saat aku melihat sesuatu, sebuah peristiwa, keganjilan, perasaan resah, perpolitikan, omong kosong hidup, hal-hal sepele yang mengganjal di hati, seni yang aku masuki, dunia puisi, sastra...