SUARA-SUARA YANG KEMBALI

4.1K 155 9
                                    


Akhir-akhir ini, aku melihat dunia yang kembali.
Suara katak dan kodok-kodok bersahutan dengan riang dan menggebu. Burung-burung yang berceloteh di dahan-dahan pohon. Kupu-kupu yang sesekali lewat. Beberapa serangga yang dulu aku kira sudah hilang selamanya. Dan kelelawar yang terkadang muncul malu-malu. Semua hal itu, membuatku cukup lega. Apa jadinya jika kehidupanku hanya seputar jalan beton, paving, aspal, gedung-gedung bertembok, deretan mal dan segala jenis kendaraan yang menumpuk. Tentunya, dengan berbagai macam kebosanan kota yang tiap hari kian menyedihkan.

Walau begitu, akhir-akhir ini aku masih belum lagi melihat capung-capung ramping yang indah, yang dulu nyaris sangat mudah aku temui di manapun. Aku salah seorang aneh yang sangat mengagumi sosok naga terbang itu. Sang dragonfly, yang bermata besar, berbintik menakjubkan. Sang helikoper alam yang kini, entah di mana keberadaanya, aku tak tahu. Hal itu terkadang membuatku sedih. Sama halnya dengan dengung kumbang, lebah, atau kadal terbang kecil yang hinggap dari pohon ke pohon.

Banyak yang telah hilang di sekitarku. Kenangan masa kecil yang mungkin tak akan lagi ditemui di masa depan yang suram.

Sawah-sawah dan ladang, dulu berkerumun burung pipit, emprit, dalam jumlah yang sangat besar. Memenuhi langit. Bercicit dengan tiada henti. Berkelompok. Hingga di dahan-dahan bambu atau padi yang menguning. Sekarang, hanya beberapa ekor yang terlihat. Bahkan kadang tak ada sama sekali? Di mana jumlah yang sangat banyak itu kini pergi? Mati diburu oleh manusia, diperdagangkan, atau mati akibat racun pupuk pertanian. Dan mungkin juga, karena lelah dengan kita, manusia. Bambu-bambu pun kini hampir punah. Apa boleh buat? Atau kitakah yang serakah?

Sejujurnya sangat bosan hidup di tengah-tengah dunia yang saling abai. Makanya, kita para manusia lebih senang dengan hewan peliharaan kita masing-masing; anjing, monyet, kuda, tupai, kucing, ular, burung, dan apapun yang bisa mengurangi perasaan tertekan kita akibat berhubungan dengan manusia.

Sayangnya, makluk-makluk kecil yang nyaris punah secara besar-besaran masih sangat sulit kita sayangi.  Berbagai organisasi lingkungan hidup juga tak menaruh minat pada mereka. Oh, tidak, kita masih terlalu memusatkan kepala dan hati kita kepada beberapa jenis mamalia tertentu dan agaknya, beberapa tanaman-tumbuhan yang juga tak seberapa. Tapi setidaknya, di sini, di tempat sekarang aku berebah, ada kicauan burung yang meneduhkan. Kokok ayam jago yang terdengar gagah. Dan bau udara yang menghantarkan pohon-pohon ke tempat tidurku.

Ah, kapan ya berbagai jenis suara akan kembali lagi?
Menggantikan suara bising kendaraan bermesin, televisi kacau yang berteriak-teriak, atau jutaan orang yang seringkali terlihat membosankan dan menjengkelkan.

21/09/2016

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang