Hidup di desa sekarang ini tak semurah dulu. Terlebih desa-desa yang kini berubah menjadi sub-urban atau setengah kota. Terkadang, malah jauh lebih mahal dari pada yang ada di kota.
Harga makanan dan lainnya, terkadang sama atau malah lebih mahal. Orang-orang di desa kini menentukan harga sesuai dengan kota-kota terdekat mereka. Membayangkan hidup di desa yang serba murah, sekarang begitu susah. Harga tak jauh beda dengan di kota besar. Bahkan, tukang parkir pun memalak dengan bayaran yang sama.
Seperti halnya di Jogja ini. 12 kilometer dari pusat kota ada sub-urban yang tengah aku tinggali. Harga-harga bahan pangan sampai kebutuhan rumah tangga, tak jauh berbeda dengan yang ada di pusat kota. Bahkan, beberapa warung dan toko mematok harga yang malah jauh lebih mahal.
Desa yang harusnya lebih murah, kini menjadi tak jauh beda dengan perkotaan. Desa yang murah, kelak akan jadi kenangan belaka.
Yang paling tak menyenangkan adalah begitu banyaknya tukang parkir di mana-mana. Mematok bayaran di setiap jengkal toko dan warung. Terlebih jika berada di pasar. Dari ujung ke ujung diisi oleh tukang parkir. Berapa banyak uang yang kita berikan hanya untuk tukang parkir saja? Membeli makanan seharga lima ribu dan tukang parkir meminta dua ribu. Rasanya sesuatu. Sungguh.
Tak seperti dulu, menjadi orang desa menjadi jauh lebih sulit jika tak memiliki pekerjaan yang menarik dan sukses secara ekonomi. Menjadi orang desa biasa dengan gaji tak menentu atau pas-pasan saat ini terasa mencekam. Selain harga bensin yang sama, harga minyak tak jauh beda, harga beras pun sama, dan segala jenis kebutuhan pokok lainnya susah dibedakan dengan kota-kota besar.
Mungkin, yang tersisa dari kehidupan desa adalah biaya membangun rumah dan membeli tanah yang masih lumayan murah. Tapi apa jadinya, jika kelak, tidak di desa atau di kota, biaya bangunan dan harga tanah nyaris sama?
Kalau seperti itu, lebih baik tinggal di perkotaan saja sekalian. Mencari tempat yang dekat pasar. Pusat perbelanjaan. Sambil menikmati hiburan kota yang begitu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESAI-ESAI KESEHARIAN
Randomaku ingin berbicara tentang keseharian kita sebagai manusia. saat aku melihat sesuatu, sebuah peristiwa, keganjilan, perasaan resah, perpolitikan, omong kosong hidup, hal-hal sepele yang mengganjal di hati, seni yang aku masuki, dunia puisi, sastra...