DALAM JERAT TUHAN: AKHIR TRAGIS ISLAM INDONESIA

311 4 1
                                    

Agama membuat orang yang hidup di dunia modern, mengalami perasaan frustasi, bingung, cemas, merasa kalah, dan terancam. Agama membuat orang berlindung dalam benteng-benteng iman saat melihat perubahan yang sangat mengancam dan tak kuasa ditanggung. Dan agama di tangan mereka yang ketakutan hanyalah hambatan bagi kemajuan dunia modern. Terlebih bagi abad 21.

Dan Islam, memiliki masalah serius yang nyaris tak terpecahkan selama berabad-abad. Masa depan Islam kian suram. Terlebih di Indonesia.

'Menjadi amat sulit untuk beragama secara konvensional di dunia yang berani itu. Orang merasa terasingkan dan bingung ketika perubahan-perubahan fundamental dalam masyarakat mereka membuat dunia terasa aneh dan asing,' ujar Karen Armstrong dalam Berperang Demi Tuhan. Dan Indonesia sedang berubah. Tabu-tabu dibongkar. Tidak hanya dalam ranah intelektual tapi juga seni, sastra, musik, budaya, hingga ke dalam dunia keseharian. Perasaan tercekik orang beragama Indonesia benar-benar sangat menakutkan. Luar biasa menakutkan. Ketika melihat sekelilingnya, perubahan besar terjadi di mana-mana. Dunia seolah terbalik. Dan masyarakat Islam Indonesia, nyaris tak tahu harus melakukan apa. Kecuali perasaan frustasi dan tertekan yang ekstrim. Atau masa bodoh yang tak kalah ekstrimnya untuk membentengi diri dari perubahan zaman menuju zaman lainnya.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945 dan kini berusia 71 tahun. Yang nantinya akan bertambah menjadi 72, 73, 100 dan selebihnya. Islam di Indonesia nyaris gagal total. Luar biasa gagal total. Sangat telak. Masyarakat Islam Indonesia, yang cenderung berada dalam masa lebih damai dan makmur dari para periode memalukan, penindasan, dan kacau Timur Tengah dan Afrika. Nyaris tak bisa melakuka apa-apa. Bahkan seringkali masa bodoh terhadap banyak hal. Perjalanan menuju modernisasi dan ketertinggalan sungguh jauh dari pikiran masyarakat Islam kebanyakan. Islam Indonesia terjerat dalam bayang-bayang Tuhan dan agama yang hidup di abad ke-7. Yang berarti, sudah 13 abad lebih nyaris tak mengalami perubahan.

Ditinggalkan nabinya. Tuhan yang diam membisu berabad-abad. Ketakutan berdosa, murtad, menduakan Tuhan, dikirim ke neraka, dan segala macam bentuk hukuman setelah mati tanpa pembimbing dan nabi baru. Membuat umat Islam tidak hanya terpecah, terpuruk, bingung, frustasi, tapi menolak atau menerima kemajuan dari peradaban lainnya dengan perasaan enggan. Dan bahkan nyaris tak ada waktu untuk memikirkan kemajuan bidang politik, ekonomi, lingkungan, teknologi, sains, wacana intelektual, kebebasan berekspersi jika masyarakat Islam sendiri berada dalam ketakutan luar biasa akan perasaan bahwa mereka merasa sangat berdosa, jauh dari Tuhan, khawatir akan neraka kelak, dan ingin sekali surga yang sangat indah dengan mengabaikan segala jenis kenyataan yang ada.

Dosa. Surga. Neraka. Hukuman. Murka Tuhan. Dan semacamnya, membuat umat Islam tak punya banyak waktu untuk memikirkan Astronomi, Biologi, Kedokteran Modern, Inovasi, Penemuan, Penjelajahan, dan kegairahan akan keterbukaan intelektual. Itu berarti, Indonesia selama pergantian abad menuju abad ke-22, akan disandera oleh sebuah masyarakat, yang mayoritas penduduknya masih banyak bercorak agraris, tradisonal, tak memiliki gairah akan penemuan dan inovasi, serta ketakutan dan cemas akan iman dan agamanya.

Nasib Indonesia sungguh buruk. Begitu juga Islam sebagai agama mayoritas akan terus berkurang, ditinggalkan, dan dibenci. Karena kian hari, mencerminkan sebuah agama yang membuat penganutnya depresi, gila, menjadi teroris, buas, tak menjawab semangat zaman, gagal memberikan jalan keluar masalah dunia modern, dan memiliki terlalu banyak tafsir dan kebingungan akan segala sesuatu tentang Islam itu sendiri.

Dengan  jumlah penganut agama Islam yang sangat besar, kekalahan dan ketertinggalan telak dalam ekonomi, sains, hingga teknologi negara ini terhadap Korea, Amerika, Eropa, India, Tiongkok, hingga Malaysia, Singapura, Bangladesh, dan lainnya, sungguh-sungguh sebuah tragedi. Di sisi lain, Islam hancur oleh invasi dan perang sekte atau kesukuaan atau merendahkan dirinya dihadapan Barat. Seperti yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah. Di Indonesia, dengan masa relatif damai, umat Islam menyiakan waktu damainya dengan kekejian yang luar biasa.

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang