SELALU, KOTA YANG MEMBOSANKAN

171 6 1
                                    

Bangun. Pagi. Hah, harusnya aku tak membuka mata di pagi hari. Karena hari ini, seperti di hari-hari biasanya. Hanya saja, saat ini, seluruh tubuhku terasa nyeri. Luka di tangan dan kakiku masih juga belum sembuh benar. Beberapa hari yang lalu aku mengalami kecelakaan. Ditabrak dari belakang oleh mobil yang dikemudikan oleh perempuan. Tapi bukan itu masalahnya. Masalah terbesar yang aku hadapi, selalu, selalu bahwa kota ini sangat membosankan bagiku.

Pagi hari semacam ini aku tak harus harus melakukan apa. Membaca pun rasanya malas. Aku memutuskan menikmati lagu-laguku sendiri. Untuk sekedar meredakan awal hari yang sejak awal sudah tak menarik.

Bangun di pagi hari dan tetap bangun hingga siang dan sore hari sangatlah tidak menarik. Hari para robot bekerja, bersekolah, masuk ke kampus, dan mencari uang. Bahkan saat akhir-akhir ini aku cukup mendapatkan banyak uang, rasanya kota ini tetaplah membosankan.

Duniaku hanya berputar-putar saja. Banyak orang bisa menikmati hidup semacam ini sungguh sangat mencengangkan. Padahal hidup hanya selalu seperti ini. Ke cafe. Ke sekolah atau kampus. Ke tempat kerja atau mencari uang. Makan dan minum. Bangun, mandi, dan pergi keluar entah ke mana. Melakukan perjalanan. Berbelanja. Mengobrol. Menonton film. Dan kebiasaan lainnya yang sudah menjadi rutinitas yang semua orang di seluruh dunia nyaris melakukannya. Setiap hari. Tahun demi tahun. Nyaris tak berubah.

Hari ini, aku merasakan kejengkelan yang membuatku tak bisa memejamkan mata sama sekali. Sampai hampir malam menjelang. Seharian yang aku lakukan akhirnya hanya kebingungan melihat-lihat buku.

Kota tanpa gairah keterbukaan intelelektual, dialog dan perdebatan yang penuh gairah bagaikan kota yang mati. Jika hidup hanya untuk mencari uang lalu bersenang-senang setelah mendapatkannya. Miliaran orang telah melakukannya. Pada akhirnya seumur hidup, semua yang dilakukan hanya terfokus mencari dan menghasilkan uang. Sementara lainnya menjadi nomor kesekian.

Kota ini membuatku bosan. Sungguh bosan. Akhir-akhir ini yang aku lakukan hanyalah mencari uang. Saat tak ada lagi dunia utopia yang aku inginkan. Lalu aku di sini untuk apa?

Seharian aku tak pergi ke mana-mana. Rasanya begitu, ah, entahlah. Ingin sekali memejamkan mata kalau bisa. Huhf, mungkin akan menyenangkan jika terhenti sejenak.

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang