DENGAN UANG DI TANGAN, emosi yang labil, pikiran yang tak bijak dan tertutup, jadilah para pembaca kebanyakan layaknya Tuhan. Di banyak negara, jika kamu mengacak-acak Goodreads, memelototi facebook, instagram, Google, dan banyak komentator lainnya, kamu akan melihat para pembaca nyaris menyerupai Tuhan, dengan kekuasaanya untuk membeli sebuah buku, di mana uang membuat mereka berkuasa untuk mencaci-maki penulis yang tidak dirinya sukai, yang tak tak sesuai dengan standar nilai dan hidupnya. Caci maki tanpa perasaan malu dan tak sadar diri, bahwa dia hanyalah pembaca abadi.
Dan kebanyakan pembaca hanyalah pembaca abadi.
Ini sama halnya seperti anak kecil yang rewel, ingin ini dan itu, karena orang tua dan dia memiliki uang, dia tinggal pergi ke toko mainan, swalayan, mal, dan toko lainnya, dan mengobrak-abrik semua rak dan mainan dan marah-marah saat merasa tak puas. Dan setiap hari nyaris selalu seperti itu, menggerutu, mencaci-maki berbagai macam toko dan barang-barang yang ada di dalamnya, dan dilanjutkan mencari toko dan mal yang lainnya dengan tingkah pola yang serupa. Sepanjang hidup. Tanpa membuat sendiri apa yang dia diinginkan, atau mencoba untuk mencari cara agar benda dan hal yang diinginkan terwujud.
Ini sama halnya di dunia buku-buku. Dan aku menyebutnya sebagai pembaca abadi atau sekedar konsumen buku-buku, tak ubahnya dengan konsumen peralatan kosmetik, kebutuhan pangan, energi, dan barang mewah. Kekuasaan uang dan kemampuan untuk tak peduli dan mengabaikan siapa pun orang yang tak disukai, karena para penulis tergantung pada para pembaca yang membeli bukunya, membuat para pembaca menjadi diktator yang nyaris sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESAI-ESAI KESEHARIAN
Randomaku ingin berbicara tentang keseharian kita sebagai manusia. saat aku melihat sesuatu, sebuah peristiwa, keganjilan, perasaan resah, perpolitikan, omong kosong hidup, hal-hal sepele yang mengganjal di hati, seni yang aku masuki, dunia puisi, sastra...