HOMO DEUS: BUKU YANG MENGECEWAKAN

357 2 0
                                    

Homo Deus? Aku akan mengatakan secara jelas bahwa buku kedua dari Yuval Noah Harari ini sungguhlah mengecewakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Homo Deus? Aku akan mengatakan secara jelas bahwa buku kedua dari Yuval Noah Harari ini sungguhlah mengecewakan. Kenapa? Siapa pun yang pernah membaca Sapiens pasti akan kecewa dengan buku pertamanya itu dan akan kembali kecewa dengan buku keduanya yang bersampulkan hitam dengan gambar sidik jari di tengah-tengahnya.

Kekecewaan terbesarku berkaitan dengan seorang Harari yang tidak belajar dari buku pertamanya, yang nyaris tak menyenangkan untuk dibaca guna mempelajari sejarah umat manusia yang seharusnya ditulis sejak diketemukannya fosil nenek moyang manusia dan berbagai macam perdebatannya. Ketidakadaannya fokus bahasan, diulangi kembali dalam buku Homo Deus yang bagiku sangat berefek fatal pada buku itu. Pendangkalan bahasan dan gaya tulisannya, membuat buku milik Harari itu menjadi begitu sangat tak memuaskan.

Belum selesai suatu masalah dibahas tuntas. Harari sudah bergerak ke pembahasan lainnya dan terus bergerak ke pembahasan lainnya, yang semuanya dibahas hanya sekilas saja.

Jika kita terbiasa membaca banyak buku, terlebih lingkungan, sains, dan buku yang lebih ke arah sains futuristik. Banyak penulis akan menghindari menulis buku semacam Harari karena nyaris tidak bisa dipertanggungjawabkan secara intelektual-ilmiah kecuali hanya sekedar argumen dan sebuah opini. Itulah sebabnya, aku menganggap buku Harari seperti sekedar kumpulan esai, yang ditulis dengan seenaknya sendiri tanpa struktur dan inti bahasan yang benar-benar jelas dan dalam. Buku yang nyaris tak beraturan yang membuat judulnya terasa kembali seperti penipuan, sama halnya dengan Sapiens.

Gaya menulis Harari pun seharusnya hanya untuk menulis buku esai sepanjang 100-150 halaman. Bukan buku setebal 500-600 halaman. Dipenuhi dengan candaan, humor, ketidakseriusan, dan gambaran yang terkadang sangat tak tepat. Menjadikan Homo Deus, sangat tak nyaman untuk dibaca secara terus-menerus kecuali hanya untuk selingan berpikir saja tapi bukan bagi mereka yang mencari pembahasan masalah yang sangat dalam atau bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Aku sangat menyukai gaya penulisan Jared Diamond, yang bergerak dari satu bab ke bab lainnya dengan sangat elegan, dengan detail yang bagus, dan penjelasan yang cukup dalam. Saat satu bahasan atau tema selesai. Jared akan membuat satu bab lagi untuk membahas lainnya. Lalu setelah satu bab lainnya selesai akan ada satu bab lagi untuk membahas tema lainnya, yang semuanya saling berkesinambungan. Dan Jared Diamond sangat pintar untuk kembali mengaitkan bab-bab terakhir ke pembahasan bab awal atau pertengahan. Sehingga, satu buku yang begitu tebalnya milik Jared, benar-benar seolah menjadi satu bahasan yang utuh walau dia sendiri secara jujur harus membatasi diri karena tak akan ada yang cukup untuk bisa dituliskan menjadi sebuah buku.

Apa yang dilakukan Harari dengan buku yang berjudul besar, yaitu Homo Deus? Dia mengacaukan segalanya! Dia telah menghancurkan judul besar Sapiens lalu kini menghancurkan judul yang jauh lebih besar, yaitu Homo Deus. Dan saat kita membaca dua buku dari Harari, kita tahu, bahwa dia pastinya menulis buku-buku itu hanya dengan duduk manis di depan meja saja. Karena buku yang dia buat lebih mirip kumpulan perpustakaan dan media massa dari pada hasil dari sebuah pengalaman, penelitian lapangan, atau seseorang yang benar-benar tahu di bidangnya.

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang