Bagi sebagian besar orang, pekerjaan adalah Tuhan. Masa depan. Tempat berpasrah dan bergantung. Dan harapan bagi sebuah keluarga.
Seseorang rela mengabdi layaknya hamba di tempat ia bekerja. Sikap liar dan garang pun menjadi jinak.
Dan para bos, layaknya nabi yang mewartakan penyelamatan dari hari-hari tanpa pekerjaan; masa depan.
Dalam dunia pekerjaan, mereka yang pemberang, kejam, dan seringkali ganas dalam melontarkan suara di media sosial. Akan berubah menjadi budak dalam taraf tertentu. Dan kehilangan sifat pemberontakan dan kengeriannya dalam berujar.
Di tempat kerja masing-masing, manusia tak lebih dari pada budak atau hamba yang patuh. Keberanian untuk melontarkam cacian kepada tuan di tempat kerja, adalah tindakan hebat yang begitu jarang terlihat. Kecuali saat bersama-sama dalam kerumunan dan keberanian gerombolan.
Keganasan saat menghina orang-orang di dunia nyata dan media sosial. Mendadak macet saat di tempat kerja.
Bahkan, para intelektual pun, diam dengan tenang saat di tempat kerjanya masing-masing.
Pekerjaan adalah juru selamat. Apalagi di saat krisis nasional. Rumah bagi mereka yang bermulut kejam, menjadi jinak dan penurut.
Ah, tidakkah orangtua kita melakukannya lebih dulu, agar hidup mereka makmur dan kita bisa berpendidikan tinggi?
KAMU SEDANG MEMBACA
ESAI-ESAI KESEHARIAN
Randomaku ingin berbicara tentang keseharian kita sebagai manusia. saat aku melihat sesuatu, sebuah peristiwa, keganjilan, perasaan resah, perpolitikan, omong kosong hidup, hal-hal sepele yang mengganjal di hati, seni yang aku masuki, dunia puisi, sastra...