MENINGGALKAN TUHAN BERSAMA DAWKINS

206 6 0
                                    

"Saya curiga-atau, saya yakin-bahwa terdapat banyak sekali orang di luar sana yang dibesarkan dalam sebuah agama atau yang lain, tidak berbahagia di dalamnya, tidak meyakininya, atau khawatir terhadap berbagai kejahatan yang dilakukan atasnya; orang-orang yang merasa gamang ingin meninggalkan agama orangtua mereka dan berharap bisa melakukannya, namun sama sekali tidak sadar bahwa keluar agama adalah sebuah pilihan. Jika anda adalah salah satu di antara orang-orang itu, buku ini untuk anda. Buku ini dimaksudkan untuk memunculkan kesadaran-memunculkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa menjadi seorang atheis merupakan suatu keinginan yang realistis, suatu keinginan yang berani dan mengesankan. Anda bisa menjadi seorang atheis yang bahagia, waras, normal, dan puas secara intelektual. Itu pesan pertama saya untuk membangkitkan kesadaran," tulis Richard Dawkins dalam pembukaan bukunya yang terkenal, The God Delusion. Buku yang bagiku sendiri, benar-benar penting di tengah negara yang nyaris terlalu tergila-gila dengan agama, yang seringkali digunakan untuk menilai tingkah laku dan perilaku orang-orang. Tapi nyaris menghindar saat dirinya sendirilah yang dinilai.

Beberapa tahun yang lalu, sekitar 2013/2014, aku meninggalkan agama bernama Islam secara penuh. Setelah perjuangan mati-matian dan nyaris gila, antara 2008-2012, di mana segala nilai bertabrakan, dan agama yang aku pegang, dengan beban dosa, neraka, murka Tuhan, dan segala bentuk nilai keadilan dan pembalasannya, meledak dalam depresi berkepanjangan seperti yang pernah Karen Armstrong alami. Antara ideal dan kenyataan, yang pada akhirnya lebih sering tak bertemu sama sekali, meninggalkan agama jauh lebih baik dan benar-benar pembebasan yang luar biasa dari pada terus berada di dalamnya.

Walau aku masih dalam depresi dan kesintingan. Setidaknya, jika aku memaksakan diri di dalam agama, mungkin saat ini aku sudah berada di sanatorium. Agama membuatku jauh lebih depresi dan gagal secara psikologis dari pada mengobati penderitaanku.

Kenapa agama bisa menjadikanku sangat begitu terpuruk? Sedangkan hampir semua temanku bisa beragama dengan penuh keyakinan diri atau setidaknya, rajin memuja Tuhan tapi juga begitu rajin menghujatnya dalam dunia keseharian mereka? Karena tak seperti hampir semua temanku yang bisa berpura-pura dengan luar biasa atau seenaknya memakai agama untuk kesenangan pribadi. Aku termasuk manusia rentan yang selalu mempertanyakan kedirianku. Bagaimana bisa aku menyembah Tuhan dan di saat yang bersamaan begitu menuhankan cinta manusia atau kehidupkan dunia ini dengan segala kenikmatannya yang terlarang?

Aku tak bisa terus-menerus menjadi orang semacam itu. Harus ada yang aku pilih. Jalan hidup yang membebaskanku dari segala bentuk kengerian yang ada di kepala dan jiwaku. Agar aku tak lagi terjebak dengan segala macam pertentangan nilai yang bagai tak pernah selesai dan menghancurkan kehidupanku.

Agama membuatku sakit. Agama membuatku gila.

Orang-orang yang pernah mengenalku mungkin tahu bagaimana nyaris gilanya aku pada waktu itu. Aku benar-benar seperti orang kesurupan yang mempertanyakan banyak hal, dan mencari seseorang yang mau memberiku petunjuk dan menyembuhkanku. Tapi yang aku temui, hanyalah masyarakat Islam yang tak siap dengan generasi baru semacam diriku. Yang memiliki kebutuhan akan perdebatan dan keingintahuan besar terhadap ilmu pengetahuan sekaligus kebutuhan akan seseorang yang mau menemani dan mengarahkan, memberikanku perlindungan psikologis layaknya orangtua.

Saat Tuhan tak menjawab doaku. Saat teman-temanku pergi meninggalkanku. Para guru yang mengolok-olok, mengabaikan pikiran-pikiranku, dan tak memberiku perlindungan. Maka apa yang bisa aku percayai lagi dari Islam, ketika aku nyaris benar-benar sendirian di dunia ini? Siapa yang akan menolongku jika tidak diriku sendiri? Kenyataanya, orang-orang  Islam tak banyak menolongku. Maka aku pun menolong diriku sendiri dengan keluar dari Islam secepat mungkin. Dan setelah itu, kehidupanku jauh lebih tenang dari pada waktu itu. Jauh lebih tenang.

Jika hari ini saja orang-orang menganggapku gila. Keadaanku yang sekarang adalah yang paling tenang dari pada tiga tahun ke belakang. Bayangkalah sendiri.

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang