LABEL HARAM; MARI KITA BUAT!

236 14 4
                                    

Kelak, untuk mengatasinya semakin menyeruaknya label halal. Para pelaku usaha dan jasa layanan apa pun, harus mulai membuat label haram atau tidak diperuntukkan bagi Muslim. Hanya untuk kalangan non-muslim.

Maka, banyak rumah sakit harusnya lebih dulu membuat label haram-halal rumah sakitnya dengan cara ketat dan keras. Jadi, siapa pun yang Muslim, tidak dibolehkan untuk datang berobat ke rumah sakit tersebut. Para dokter harusnya menyuruh pasien yang sangat ketat dalam urusan label halal untuk mengatakan, "Ibu, rumah sakit ini bisa mengantarkan Anda menuju neraka. Saya anjurkan ibu mati saja atau carilah rumah sakit berlabel halal. Kami tidak mau menanggung keluhan kelak jika nanti Ibu masuk neraka karena menggunakan fasilitas kami."

Para pengirim jasa layanan paket harusnya juga bisa berkata, "Bu, ibu bisa jalan kaki dari Jakarta ke Medan kok ya. Tanpa harus perlu menggunakan jasa ekspedisi kami. Pemimpin perusahaan kami bukan Muslim dan jelas, layanan kami tidak menyandang label halal. Kami tidak mau dituduh mendorong orang masuk neraka karena menggunakan layanan kami. Silahkan ibu jalan kaki ke Medan untuk mengantar paket ini. Itu cara yang terbaik."

Penjual beras pun bisa menolak menjual berasnya dan berkata, "Ibu, beras ini tidak halal. Silahkan Ibu cari belas berlabel halal di mana. Beras ini Bu ya, hasil dari keringat para petani yang tak diperhatikan pemerintah dan dimiskinkan oleh pelaku usaha. Jadi jelas ini tidak halal. Jika ibu memaksa membeli beras ini. Berarti ibu mendukung penindasan pada petani. Itu berarti ibu melakukan dosa dengan hanya membeli beras ini. Saya sarankan ibu menaman padi sendiri. Itu cara yang lebih baik."

Para penjual kuota internet juga bisa berkata, "Maaf Kak, layanan internet ini tergabung dalam sistem besar kapitalisme dunia. Jadi jika Kakak tahu apa itu liberalisme ekonomi. Ya, ini salah satunya. Saya sarankan, Kakak membuat layanan internet sendiri ya. Saya tidak mau dituntut karena memberi kebebasan orang beragama seperti Kakak menjadi sesat dan berdosa karena membeli kuota internet dari sistem kapitalis yang dianggap merugikan banyak pihak ini. Ini jelas bertentangan dengan agama Kakak. Saya tidak mau dituntut nanti jika Kakak masuk neraka karena membeli di konter milik saya. Maaf ya Kakak."

Para penjual gadget pun juga bisa menolak, "Maaf Adek, komponen handphone kami terbuat dari buruh murah dari China, logam penutupnya ini, dari tambang yang menggusur banyak orang di salah satu negara Asia Tenggara. Dan baterainya ini bisa menimbulkan penyakit dan software dan hardware yang ini, sayangnya didesain oleh orang Komunis dan juga para anak muda yang tidak beragama. Jelas Adek, handphone ini tidak halal ya. Jika Adek ingin sekali memilikinya, saya sarankan untuk membuat pabrik dan perusahaan sendiri ya. Dan carilah langkah-langkah halal dan tidak merusak kehidupan orang lain dalam proses pembuatannya."

Pihak bank pun bisa menolak dengan sangat jelas dan berkata, "Maaf Pak, kami tidak memberi pinjaman bagi mereka yang beragama. Sistem keuangan kami berbasis IMF. Saya sarankan Bapak meminjam ke Arab saja. Karena kami tidak mau meminjamkan uang yang akan membawa Bapak ke neraka nanti. Pinjamlah ke Arab saja Bapak. Di sana mungkin jauh lebih halal."

Saat berada di depot air, penjual air bisa berkata juga, "Maaf Bu, kami tidak menyediakan layanan dan label halal di tempat kami. Air ini diambil dari sumber di pegunungan, yang membuat banyak mata air di situ kering sehingga akhirnya menyusahkan warga. Jadi, jika ibu meminum air ini, ibu akan dicatat Tuhan sebagai orang yang menyengsarakan orang lain. Saya harap, ibu mengerti ya. Kenapa tidak ibu membuat sumber air sendiri?"

Para petugas migas dan penjual gas pemerintah juga bisa menolak, "Gas kami tidak bisa diberi label halal. Kami membutuhkan bensin untuk mengangkutnya. Sedangkan bensin ini membahayakan lingkungan, kesehatan, dan Anda juga tahu, bensin ini di impor dari pemerintahan korup di Timur Tengah. Nah, ini baru saja bensinnya. Belum truk pengangkutnya yang buatan Jepang, yang melegakan pornografi dan bukan masyarakat Muslim. Ini tongnya, kami impor dari China yang kata Anda mungkin kafir dan komunis. Nah, pendanaan kami pun juga berasal dari sana dan sebagian dari Amerika yang ateis dan Kristen. Jadi, dari proses, pengangkutan dan seluruh material pendukungnya, jelas-jelas sangat tidak halal. Saya anjurkan Anda untuk memasak dengan kompor tanah dan kayu saja. Itu jauh lebih baik untuk menghindari dosa yang menumpuk nantinya karena gas ini sangatlah haram!"

"Maaf Bapak, sekolah ini tidak berbasis halal. Dan Universitas kami tidak memiliki label halal yang bisa mendukung anak Bapak jauh dari dosa. Bapak lihat materi pelajaran dan kuliah ini? Ini semua terikat dengan Barat dan sebagian besarnya diambil dari para pemikir sekuler dan ateis. Ini baru materinya saja. Coba bapak lihat itu, tembok itu.

Nah semennya itu merusak hidup orang di desa mana itu, saya lupa. Pokoknya tembok dari Universitas sini jelas tidak halal. Lalu listrik yang kami pakai buat penerangan pun dari batubara yang telah diakui sangat merusak dan menghancurkan kehidupan banyak orang. Nah lantai kami ini hasil dari menghancurkan lingkungan yang ada di kota Rembang. Dan kayu pintunya saja, hasil dari penggundulan hutan di Sumatra. Belum lagi buku-buku perpustakaan kami. Juga banyak dari guru dan dosen kami tidak memiliki agama seperti Bapak. Jadi saya takut nanti anak Bapak akan tersesat dan kami akan didakwa telah mendorong kesesatan itu. Meja kursi kami ini pun tidak ada label halalnya. Dan alat-alat pendidikan kami, dari layar monitor sampai laboratorium kami, semuanya hampir buatan Barat, Korea, China, dan Jepang. Kaca mata saya ini, yang saya pakai ini, juga tidak berlabel halal. Jadi jika nanti saya mengajar dengan kacamata haram, bagaimana iman anak Bapak nantinya? Saya sarankan Bapak membuat sekolah sendiri yang bebas dari semua ini."

Kelak, mungkin akan ada mal berlabel halal jika itu ada. Rumah halal. Mobil halal. Motor halal. Celana dalam halal. Bolpoin halal. Kondom halal. Sprei halal. Kaos halal. Kain halal. Benang halal. Peniti halal. Jam tangan halal. Rak buku halal. Handphone halal. Sepatu halal. Jalan raya halal. Wahana permainan halal. Pantai halal. Sungai halal. Sepeda halal. Boneka halal. Baju halal. Bra halal. Jilbab halal. Make up halal. Sendok halal. Garpu halal. Tabung gas halal. Kompor halal. Meja halal. Kursi halal. Cermin halal. Cat halal. Kanvas halal. Seni halal. Ilmu halal. Tanah halal. Pohon halal. Toilet halal. Kasur halal. Listrik halal. Kipas angin halal. Charger halal. Aplikasi halal. Ikan halal. Kucing halal. Peliharaan halal. Air minum halal. Piring halal. Cobek halal. Internet halal. TV halal. Medsos halal. Dan, bisa juga, sekolah halal.

Yah, juga mungkin juga bisa ada pesawat halal. Mainan halal. Buku halal. Penggaris halal. Dompet halal. Celana pendek halal. Pisau halal. Wajan halal. Rice cooker halal. AC halal. Kaca halal. Kusen halal. Mebel halal. Kertas halal. Gantungan baju halal. Kunci halal. Ban halal. Obeng halal. Paku halal. Gergaji halal. Sandal halal. Keset halal. Mangkuk halal. Foto halal. Ranjang halal. Ventilasi halal. Lampu halal. Stop kontak halal. Gorden halal. Lampu belajar halal. Kalender halal. Tas halal. Topi halal. Kaos kaki halal. Helm halal. Baut halal. Tusuk gigi halal. Dinding halal. Bantal halal. Selimut halal. Tenda halal. Pekerja halal. Buruh halal. Sikat gigi halal. Sabun mandi halal. Sampo halal. Fashion halal. Teman halal. Dan siapa tahu, selingkuhan halal.

Jika segalanya ingin dihalalkan, maka para penganut teori ketat akan kehalalan harus membangun seluruh sistem, proses, pembuatan, dan benda-benda atau bahkan layanan jasa, dari nol. Dan sebisa mungkin melakukan tinjauan ketat agar tidak merusak, menyakiti, dan membuat pihak lain rugi, sakit atau mati.

Jika ini dilakukan sekarang, maka seluruh orang beragama yang sangat mengagungkan konsep halal. Harus segera pindah dan mencari negara berlabel halal dan jauh dari sistem dunia yang tidak halal. Ini juga berarti mereka harus menolak dan menjauhi segala benda dan layanan yang proses dan pembuatannya tidak halal. Maka harusnya hijrah ke sebuah tempat yang kosong total dan tidak ada apa-apa. Lalu agar kehalalan itu terwujud, mereka harus membuatnya sendiri tanpa harus bergantung dengan peralatan dan bahkan makanan yang jika ditelisik jauh, sangatlah haram.

Dengan memasang label haram di sebuah produk, bangunan, layanan jasa, dan objek atau benda. Maka, mereka yang sangat menginginkan kehalalan, tidak bisa membeli, manggunakan, bergantung, dan melakukan berbagai transaksi dari yang bukan berlabel halal.

Dengan adanya label haram, seorang Muslim taat akan diingatkan bahwa benda atau jasa yang mau dibeli dan digunakannya, tidaklah halal dan bisa merusak kadar keimanannya. Dan jika berada di Swalayan, penggunaan kartu identitas sangat cocok untuk menolak pembelian orang yang meyakini label halal itu sesuatu yang penting dan harus.

Tidakkah di samping label halal. Label haram adalah kebutuhan yang begitu sangat diperlukan?

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang