Segala yang ada di masa kini telah jatuh, jatuh karena membusuk. Siapa lagi yang masih ingin menyelamatkannya? Tapi aku, aku ingin melemparkannya sekalian!
Nietzsche
ZarathustraSelamat datang di dunia orang-orang sakit.
Para pesakitan yang meronta. Diam dalam cerobong asapnya. Dan mengigau tentang kekonyolan hadir dan pergi. Sesekali menampakkan diri. Resah terhadap percakapan-percakapan. Pribadi yang rentan terhadap yang lainnya. Dan menjadi badut yang berceloteh tentang topeng-topeng.Manusia-manusia hari ini yang lebih membutuhkan para psikolog, lebih dari generasi manapun.
□
Kalau kau sedikit waras, kau akan melihat sebuah dunia yang sangat membosankan. Kecuali kau harus pandai menjadi aib sirkus. Seekor jerapah yang berjalan di seutas tali. Atau harimau yang terbang dengan tertawa terbahak-bahak. Dunia yang kita tinggali sangat mengenaskan. Kengeriaannya sebanding dengan saat kau membayangkan diri melamparkan tubuhmu ke jurang tak berdasar. Atau terikat di sebatang pohon di tengah tumpukan kayu. Siap menunggu untuk dibakar.
Jika kau ingin berbahagia, berhentilah berpikir. Dan saat kau berhenti berpikir, ah, musuh-musuhmu akan menganggapmu tolol. Tapi saat kau terus berpikir, kesakitan yang terlalu dalam akan menguasaimu. Dunia di mana tak ada satu pun seorang guru yang mengajarimu bagaimana menuntaskan dilema-dilema yang membebani pundak.
Jadilah kaya, kata beberapa orang. Kekayaan bisa membeli sedikit waktu luang, kesenangan-kesenangan, dan perasaan bebas yang tak dimiliki banyak orang. Sayangnya, jalur kekayaan bisa membuatmu rusak jika kau terlalu menggunakan perasaaan. Ah, perasaan. Kekayaan yang menipu. Diam membisu. Yang sangat egois. Dan penuh dengan pura-pura. Kau boleh hidup di dalamnya, dan terus-menerus meminjam topeng-topengmu yang paling dalam. Tapi jika kau tak mampu hidup dengan membutakan diri dalamnya. Kau akan terbelah. Menjadi pesakitan yang tak terselamatkan di tengah harta yang bertumpuk-tumpuk.
□
Bagaimana dengan yang lain-lain?
Yang lain-lain adalah pesakitan-pesakitan yang sama. Sedikit berbeda dalam kadar pandangan akan dunia dan pengalaman hidupnya. Tapi ada saatnya, orang yang mengaku dirinya menyukai manusia, tuhan, agama, keadilan, bumi, dan kasih sayang, hanyalah orang-orang berengsek yang hanya sedikit ingin berpegangan dari atas gelombang dunia yang rapuh. Orang yang cukup memiliki mata, bisa melihat tembus apa-apa yang ada di dalam diri mereka. Ah, terlalu banyak benar kebohongan yang mereka simpan rapat!Dunia sekarang ini, di mana orang-orang semakin lelah bicara dan menutup diri, adalah dunia di mana segala hal nyaris tak berarti. Dan apa yang masih tersisa dari sebuah bangsa yang memendam hasrat ketakutan yang luar biasa akan ilmu pengetahuan? Bangsa dengan masyarakat penurut. Berpura-pura menjadi baik. Terus berpura-pura menjadi baik. Dan setiap hari hidup adalah kepura-puraan yang bising. Karena kita adalah manusia yang terlalu pandai berpura-pura. Kesedihan, hampa, dilema, segala jenis pertentangan nilai, membuat kita sesak hingga berujung muak.
Kita yang sakit ini pun lupa meruntuhkan dan mencipta. Hingga akhirnya, kita hanya bisa meniru. Kelemahan yang jarang kita akui bersama. Kesakitan jiwa dan pikiran yang hanya menciptakan orang-orang yang takut dengan norma, hukum, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan.
Ah, orang-orang sakit ini masih berbicara padaku. Tentang riang kebohongan yang mereka bungkam dalam jiwa-jiwa gelap mereka. Tentang sekian banyak angan-angan konyol yang mereka tolak sendiri sebelum sempat berkata.
Siapa yang berani mengakui dirinya hingga membenturkan kepalanya di tembok batu, di masaku ini? Dan berjalan dalam rasa sakit yang lebih terang dan liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESAI-ESAI KESEHARIAN
Randomaku ingin berbicara tentang keseharian kita sebagai manusia. saat aku melihat sesuatu, sebuah peristiwa, keganjilan, perasaan resah, perpolitikan, omong kosong hidup, hal-hal sepele yang mengganjal di hati, seni yang aku masuki, dunia puisi, sastra...